Ini keuntungan penjual jasa penukaran uang baru di pinggir jalan
Merdeka.com - Usaha penukaran uang baru menjamur di berbagai tempat, termasuk di Malang Raya. Tumpukan uang baru dan bungkusan aneka pecahan tertata di selembar papan. Usaha musiman itu berjajar di pinggir-pingir jalan.
Salah seorang penjual penukaran uang, Abdul Hasyim (27) mangkal di sekitar Alun-Alun Kota Malang. Dia mengaku sejak puasa 10 hari sudah mulai menjajakan jasa penukaran uang.
"Saya hanya menjaga saja, uang-uang ini bukan milik saya. Ada juragannya, nanti untungnya dibagi berdua," kata Hasyim di tempat mangkalnya, Jumat (3/6).
Setiap penukaran Rp 100 ribu, Hasyim meminta jasa Rp 10 ribu atau 10 persen dari nilai penukaran. Begitu pun jika menukar dengan nilai di bawah Rp 100 ribu, berpatokan dengan angka 10 Persen.
Sehari-hari Hasyim bisa mendapatkan keuntungan lebih dari Rp 100 ribu atau lebih dari Rp 1 juta uang barunya ditukar orang. Dia mulai menjajakan uangnya sejak pukul 06.30 WIB sampai pukul 22.00 WIB.
Keuntungan yang diperoleh Hasyim berdasarkan presentase, yakni setiap keuntungan Rp 10 ribu, akan mendapatkan Rp 4 ribu. Dalam sehari mendapatkan keuntungan Rp 40 ribu.
"Tidak pasti mas, kadang kalau ramai bisa lebih, ya sekitar segitu (Rp 40 ribu) lah," katanya.
Sementara Muhammad atau Cak Mat mengaku sengaja menginvestasikan uangnya Rp 90 juta untuk jasa penukaran uang. Selama puasa, dirinya mengajak tetangga dan saudara untuk membantu menjaga.
"Ada 7 Orang yang berjajar di sini, tapi yang sebelah Gereja bukan, beda majikan," katanya.
Cak Mat mengaku mendapatkan uang-uang barunya dari Surabaya, karena untuk mendapatkan di Malang sangat kesulitan. Dirinya akan kembali menukarkan kalau dirasa masih diperlukan.
Kalau selama ini muncul kekhawatiran beredar uang palsu, lewat jasa penukaran uang, Cak Mat memastikan kalau uang barunya tidak ada yang palsu. Dirinya juga tidak berani mengambil risiko, karena kalau terjadi apa-apa justru sangat rugi.
"Walaupun pernyataan itu (dikeluarkan oleh BI) bersifat imbauan, kami menegaskan tidak ada uang palsu," tegasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan mencapai angka peningkatan indeks literasi keuangan yaitu 65 persen dan inklusi keuangan 93 persen pada 2027.
Baca SelengkapnyaMelakukan penukaran di layanan resmi dijamin keaslian uangnya.
Baca SelengkapnyaMelakukan penukaran uang dipinggir jalan berisiko merugikan masyarakat atas potensi peredaran uang palsu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pengguna jasa permak pakaian meningkat 2-3 kali lipat dibanding hari biasa.
Baca SelengkapnyaPria asal Sragen yang membagikan cerita inspiratifnya meraih kesukesan berjualan di pinggir jalan dengan penghasilan jutaan rupiah per hari.
Baca SelengkapnyaSebelum bertani pepaya, ia telah berkali-kali gagal membangun usaha di bidang lain.
Baca SelengkapnyaPelaku memiliki utang sebesar Rp1,2 juta, saat ditagih dia gelap mata dan menusuk temannya.
Baca SelengkapnyaSepasang kekasih itu sudah menjual sekitar Rp100 juta uang palsu
Baca SelengkapnyaBerbekal keyakinan kuat meski dengan modal yang minim, Midah kemudian membaca peluang untuk memulai usaha kuliner ini.
Baca Selengkapnya