Melihat Menara Air Peninggalan Kolonial di Kota Tegal, Bukti Kecanggihan Belanda dalam Mengelola Air Tanpa Mesin
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Kota Tegal merupakan salah satu kota yang menyimpan banyak bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Salah satu bangunan itu adalah sebuah Menara air bernama “Waterleideng”.
Menara itu berfungsi untuk mencukupi kebutuhan air bersih bagi masyarakat sekitar. Tingginya mencapai 36 meter dengan tampungan air mencapai 500 meter kubik.
Sumber airnya diambil dari Bumiayu, Kabupaten Brebes, yang jaraknya mencapai 60 km dari Menara itu. Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, jalur airnya dibuat menggunakan pipa dari baja yang didatangkan langsung dari negeri Belanda.
Operasional Waterleideng itu dijalankan tidak menggunakan mesin sama sekali. Sistemnya menggunakan tekanan air yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran rendah.
Menara air itu aktif beroperasi pada tahun 1931 hingga 1980-an. Saat ini Waterleideng sudah tidak berfungsi karena beberapa faktor, di antaranya debit air yang semakin berkurang dan kebocoran di bagian penampung air.
Dilansir dari kanal YouTube Jejak Siborik, Menara air itu disebut bisa menampung air tanpa mesin dengan kapasitas 500-600 meter kubik.
Foto: YouTube Jejak Siborik
Air dialirkan dari sumber air di kawasan Bumiayu di lereng Gunung Slamet melalui pipa bawah tanah ke kawasan yang lebih rendah di Kota Tegal.
Tekanannya membuat air mengalir dan terdorong sampai di puncak Menara. Dari atas Menara, air diatur dan disebar lagi untuk kemudian disalurkan ke warga Kota Tegal.
Namun seiring berjalannya waktu, debit air yang melewati pipa bawah tanah itu makin berkurang. Hal inilah yang membuat menara air Waterleideng kini sudah tidak bisa berfungsi lagi.
Walau sering direnovasi, namun bentuknya masih dibiarkan sesuai aslinya
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan pernah digunakan sebagai tempat penyekapan oleh tentara Belanda.
Baca SelengkapnyaSalah satu bangunan peninggalan DSM yang sampai sekarang masih berdiri kokoh adalah Stasiun Medan
Baca SelengkapnyaKonon pada zaman dahulu mata air tersebut digunakan untuk mandi para tentara.
Baca SelengkapnyaBangunan bendungan masih tampak kokoh walau beberapa bagiannya sudah tampak tergerus arus air
Baca SelengkapnyaPada zaman kolonial Pulau Pandan sempat digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dagang dari Belanda.
Baca SelengkapnyaBea Cukai terus melakukan inovasi guna optimalkan pelayanan dan pengawasan
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaBensin berasal dari satu SPBU di Kota Bekasi diduga tercampur air dan mengakibatkan kendaraan menjadi mogok.
Baca Selengkapnya