Arkeolog Temukan Jejak Bumbu Rempah Asal Indonesia Berusia 2.000 Tahun, di Sini Lokasinya
Analisis terhadap 717 butir biji-bijian yang ditemukan ada delapan jenis rempah-rempah: kunyit, jahe, lengkuas, temu kunci, kencur, cengkeh, pala, dan kayu manis. Banyak butir pati juga menunjukkan tanda-tanda deformasi, yang menunjukkan mereka rusak akibat penggilingan dan terlihat mirip dengan butir-butir pati yang ditemukan dalam bubuk kari modern.
"Temuan ini dengan tegas menunjukkan bahwa penduduk kuno di Oc Eo menggunakan kunyit, jahe, dan rempah-rempah lain seperti kayu manis, cengkeh, dan pala sebagai bahan utama dalam praktik masak-memasak mereka, sangat mungkin dalam persiapan kari," kata Hung, seperti dilansir New Scientist.
Temuan bukti baru tentang tradisi kuliner di Asia Tenggara tertuang dalam sebuah laporan penelitian yang kemarin diterbitkan di Sciences Advances. Temuan itu juga adalah bukti tertua adanya bumbu kari yang ditemukan di luar India. Jalur perdagangan maritim antara Asia Tenggara dan Asia Selatan terjadi sejak lebih dari 3.000 tahun lalu, dengan rempah-rempah seperti pala dan cengkeh berasal dari Indonesia, dan rempah-rempah lain seperti kunyit dan kayu manis berasal dari Asia Selatan.
"Mereka menyebutkan rempah-rempah seperti cengkeh, dan cengkeh berasal dari satu kelompok pulau di Indonesia bagian timur," kata Tom Hoogervorst, seorang ahli bahasa dan arkeolog di Institut Kerajaan Belanda untuk Studi Asia Tenggara dan Karibia, yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini.
berita untuk kamu.
"Saat Anda menemukannya dalam konteks yang berbeda, maka Anda tahu bahwa orang-orang melakukan pelayaran jangka panjang—pada dasarnya membentuk jaringan perdagangan maritim."
Penulis penelitian dari Univeristas Nasional Australia (ANU) Weiwei Wang mengatakan penemuan sisa bumbu kari ini memberi wawasan tentang keterlibatan wilayah itu dalam jaringan perdagangan global. "Penelitian kami menunjukkan bumbu kari kemungkinan besar diperkenalkan ke Asia Tenggara oleh para migran di masa awal perdagangan dengan Samudera Hindia," kata dia.
Dr Khankh Trung Kien Nguyen dari Institut Selata Ilmu Sosial di Vietnam mengatakan bumbu yang ditemukan itu memperlihatkan resep pembuatan kari tidak banyak berubah sejak zaman dahulu. "Bumbu yang kita gunakan hari ini tidak terlalu banyak berbeda dari masa di Oc Eo ini," kata dia.
Selain bekas sisa bumbu-bumbuan, tim arkeolog juga menemukan sejumlah benih yang terawetkan.
"Benih-benih ini masih segar dan sulit dipercaya umurnya sudah 2.000 tahun," kata peneliti senior ANU Dr Hsiao-chun Hung.
"Kami yakin analisis lebih mendalam bisa mengidentifikasi lebih banyak lagi bumbu dan kemungkinan menemukan spesies tanaman unik sehingga menambah wawasan kita tentang sejarah di wilayah Asia Tenggara."
- Pandasurya Wijaya
Arkeolog sudah menggali situs Benteng Vindolanda selama beberapa tahun dan menemukan banyak artefak.
Baca SelengkapnyaTengkorak manusia berbentuk hati ditemukan di antara sisa-sisa jasad di situs arkeologi Meksiko.
Baca SelengkapnyaSitus ini berlokasi di tepi danau kuno di kota Banyoles, Catalonia timur laut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Temuan tulang manusia itu termasuk yang paling awal dari masa Neolitikum di Spanyol.
Baca SelengkapnyaArkeolog menemukan peninggalan luar biasa di situs arkeologi Garibin Tepe di Van, Turki.
Baca SelengkapnyaMakam keramat ini ditemukan gabungan arkeolog Jepang dan Peru.
Baca SelengkapnyaTim arkeolog dari Peru dan Jepang menggali makam seorang dukun yang diyakini hidup sekitar 3.000 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaPara arkeolog yang beroperasi di situs Abusir, umumkan penemuan yang menarik selama penggalian pada bulan April dan Mei. Yuk lihat lengkapnya!
Baca SelengkapnyaArkeolog meyakini, sebelumnya wilayah ini telah berkembang dan ditinggalkan pada tahun 1600 SM.
Baca Selengkapnya