Walmart Sepakat Beli 7,5 Persen Saham TikTok

Merdeka.com - Walmart bersedia untuk membeli 7,5 persen saham TikTok di Amerika Serikat, selagi Oracle memiliki saham yang lebih besar, yaitu 12,5 persen. Kesepakatan ini merupakan angin segar bagi bisnis periklanan Walmart.

Meskipun dikenal sebagai pengecer kelontong terbesar di Amerika Serikat, Walmart memiliki bisnis periklanan yang mirip dengan Amazon, namun dalam skala yang jauh lebih kecil. Di situs Walmart sendiri, para pengiklan dapat mensponsori produk mereka agar dapat sering muncul di halaman penelusuran ataupun bagian produk.

Adapun Walmart Media Group kerap menekankan tentang skala masif dan jangkauan masifnya karena berhasil menjaring 160 juta pelanggan mengunjungi toko atau situsnya setiap bulan serta mengklaim 90 persen keluarga telah berbelanja di Walmart setidaknya sekali dalam 12 bulan sebelumnya.

Dilansir dari CNBC, para analis ekonomi memfokuskan ke bagian pengguna TikTok yang besar dan terlibat sebagai peluang untuk bisnis iklan Walmart. Karena, pengecer ini sangat populer di kalangan konsumen muda yang mencari barang murah dan dapat digunakan untuk proyek DIY (Do It Yourself). Lalu,tutorial dari proyek yang bahannya beli di Walmart ini dapat mereka pamerkan di TikTok.

Analis dari Credit Suisse mencatat bahwa perkiraan pengguna TikTok yang bisa mencapai 50 juta orang di Amerika Serikat dapat menjadi batu loncatan untuk Walmart yang dalam sehari berhasil mengumpulkan 1,5 sampai 2 juta pembeli perhari. Meskipun laporan ini tidak bisa disandingkan dengan setara.

Seorang analis e-Marketer, Nicole Perrin turut menunjukkan bahwa bisnis iklan Walmart yang memiliki sifat "kecil tapi terus berkembang", itu mendapat "tambahan biaya" selama pandemi dengan begitu banyak konsumen yang membeli bahan makanan dan barang lainnya secara online.

Direktur Hubungan Masyarakat dan Media Sosial di Agensi Iklan Connelly Partners, Alyssa Stevens menyatakan TikTok memiliki audience yang sangat engage dan hal ini dapat membuka kesempatan bagi setiap pengiklan ataupun merk tertentu. Ketika suatu barang menjadi tren di TikTok, hal itu akan mendorong pembelian.

Misalnya, tahun lalu, Marc Anthony True Professional melihat penjualan produk pengeritingan rambut meningkat 60 persen di toko-toko seperti Walmart dan Target setelah mereka menjadi subjek video TikTok viral yang memamerkan produk tersebut.

"Jika saya adalah Walmart, saya ingin memiliki platform yang menentukan tren budaya tersebut dan benar-benar menggunakannya untuk menginformasikan bisnis ritel dan e-commerce saya," ujar Alyssa, melalui laporan dari CNBC.

Direktur Layanan Media di Connelly Partners, Michelle Capasso turut mengatakan bahwa TikTok sudah begitu masih di Amerika Serikat. "Mereka sebenarnya bisa memiliki bisnis yang lebih besar di tangan mereka untuk dapat menerjemahkan platform mereka menjadi 'kalau ga jualan di TikTok, dagangan Anda mungkin nggak selaku biasanya'," tambah Alyssa.

Dari sisi lain, Walmart juga dapat membantu TikTok mempercepat bisnis periklanannya sendiri dengan tim penjualan yang dibangun dan reputasi industri yang kuat. Terlebih, TikTok telah mengembangkan basis aplikasinya untuk iklan belanja, serta baru-baru ini meluncurkan platform layanan mandiri yang memungkinkan perusahaan membeli dan mengelola kampanye iklannya secara langsung.

Namun, Walmart sendiri harus berhati-hati karena ada banyak toko retail dan e-commerce lain yang sekarang kini telah berkembang seiring berjalannya waktu, persaingan antar bisnis dalam daring akan terus bersaing.

Reporter Magang: Theniarti Ailin