Terungkap, Ini Biang Kerok Cadangan Beras Bulog Kian Menipis

Senin, 27 Maret 2023 16:55 Reporter : Anisyah Al Faqir
Terungkap, Ini Biang Kerok Cadangan Beras Bulog Kian Menipis Beras Bulog. ©2018 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Merdeka.com - Cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog kian menipis. Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menyebut hal ini disebabkan CBP Bulog sering digunakan pemerintah untuk menekan harga beras di pasar.

"Masalahnya, kalau CBP terus terkuras untuk program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) beras seperti saat ini, volumenya akan habis tandas," kata kepada merdeka.com, Jakarta, Senin (27/3).

Dia melanjutkan sejak Januari sampai 24 Maret 2023, Bulog sudah menyuntik beras lewat operasi pasar sebanyak 543.472 ton. Hanya saja, upaya tersebut tidak lantas membuat harga beras stabil bahkan tetap mengalami tren peningkatan.

Khudori menuturkan, kalau jumlah CBP terbatas, pemerintah tidak lagi memiliki instrumen intervensi yang bisa digerakan setiap saat untuk mengoreksi kegagalan pasar. "Penguasa dominan di pasar amat mungkin akan mendikte harga pasar. Ini tentu harus dicegah," kata dia

Dalam konteks ini pada akhirnya keputusan pemerintah melakukan impor beras menjadi masuk akal. Apalagi pengadaan dari dalam negeri tidak lagi memungkinkan, impor bisa jadi opsi. Hanya saja, volumenya tetap harus dipastikan. Jumlah beras yang diimpor harus bisa terukur dan datang di waktu yang tepat.

"Yang harus dipastikan adalah jumlah impor harus terukur dan waktu kedatangannya jangan meleset," katanya.

2 dari 2 halaman

Tren Surplus CBP Bulog Terus Turun

cbp bulog terus turun rev1

Memang, beberapa bulan lalu stok beras Bulog mengalami surplus. Namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) surplus beras di Indonesia terus mengalami tren penurunan.

"Sejak 2018 Indonesia surplus beras, tapi volume surplus itu terus turun, dari 4,7 juta ton pada 2018 hanya tinggal 1,34 juta ton pada 2022," kata dia.

Ketika jumlah surplus kian mengecil, soal pengelolaan cadangan dan distribusi jadi isu krusial. Ketika salah perhitungan, dampaknya bisa amat fatal. Sehingga perlu ada upaya-upaya yang serius untuk menggenjot produksi dan produktivitas. Apalagi produksi dari 2018 ke 2022 terus menurun.

"Produktivitas memang naik, tapi minor," katanya.

Apalagi tahun ini, tantangan produksi diperkirakan jauh lebih sulit ketimbang tahun lalu yang masih mengalami La-Nino. Tahun ini, mulai April akan terjadi El-Nino, sehingga jika merujuk pengalaman biasanya produksi turun. [azz]

Baca juga:
Dilema Bulog Serap Beras dari Petani
Pemerintah Bakal Impor Beras 2 Juta Ton Sepanjang 2023
Awal Ramadan, Pemerintah akan Bagikan Beras 10 Kg untuk Warga Miskin
Gudang Indogrosir Cipinang Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp1,5 M
Jelang Ramadan, Stok Pangan di Garut Aman namun Transaksi Berkurang
Petani Sambut Gembira Harga Gabah Tinggi

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini