Tahun depan, BPS ubah cara perhitungan dasar ekonomi
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) bakal mengubah cara perhitungan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi pada tahun depan dengan menggunakan Supply And Use Table (SUT) tahun 2010. Perhitungan ini akan mulai diterapkan pada tahun depan menggantikan penghitungan selama ini yang masih menggunakan SUT 2000.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Suhariyanto mengatakan perubahan tersebut dipengaruhi perekonomian global terhadap struktur perekonomian nasional dalam 10 tahun terakhir. Selain itu, perubahan perhitungan dasar tersebut atas rekomendasi dari PBB untuk mengimplementasikan System of National Accounts 2008 (SNA2008) dalam menyusun Produk Domestik Bruto (PDB).
"Perhitungan itu lebih nyata dengan kondisi perekonomian saat ini ketimbang 10 tahun lalu. Contohnya, handphone yang masih belum banyak seperti saat ini," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (27/11).
Suhariyanto menyebut nantinya akan ada perbedaan dalam tampilan penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB). BPS saat ini masih menggunakan sembilan sektor lapangan usaha untuk dijadikan dasar dalam penghitungan PDB. Mulai tahun depan, akan ada penambahan sektor lapangan usaha menjadi 17 lapangan usaha.
Selain itu, adanya sumber data baru yaitu Sensus Penduduk tahun 2010 dan Indeks Harga Produsen (IHP) juga menjadi alasan adanya perhitungan baru tersebut. Perhitungan PDB saat ini juga masih menggunakan enam skema pengeluaran. Ke depan, perhitungan PDB dengan skema pengeluaran menjadi 7 skema yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga non profit rumah tangga, konsumsi pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan inventori, ekspor dan impor
"Yang baru itu konsumsi lembaga non profit rumah tangga sejenis LSM," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut relatif lebih baik dibandingkan sejumlah negara mitra dagang seperti Amerika Serikat dan Jepang.
Baca SelengkapnyaKenaikan inflasi Desember 2023 ini disumbang oleh kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 1,07 persen.
Baca SelengkapnyaMenurut Wahyu sebagian besar Provinsi lain di Sumatera tumbuh di level 4 persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selain dari aspek liburan, momentum kenaikan upah minimum pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaIndef menilai, ada perubahan pola konsumsi masyarakat yang mempengaruhi ekonomi.
Baca SelengkapnyaGanjar yakin pertumbuhan ekonomi akan didominasi oleh sektor UMKM.
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI: 38,1 Persen Publik Nilai Ekonomi Nasional Buruk, 37.9% Anggap Penegakan Hukum juga Buruk
Baca SelengkapnyaPadahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca Selengkapnya