Survei: Banyak Anak-Anak Bekerja di Perkebunan Sawit Milik Keluarga
Merdeka.com - Peneliti Pusat Penelitian Kependudukan LIPI M Wahyu Ghani mengatakan, berdasarkan hasil survei selama bulan Maret 2020, tidak ada pekerja anak di perkebunan perusahaan sawit berskala besar. Justru pekerja anak banyak di perkebunan perusahaan sawit keluarga.
"Dari hasil survei yang kita lakukan tidak ditemui pekerja anak yang bekerja di perusahaan sawit besar. Justru anak bekerja di perusahaan milik orang tuanya," kata dia dalam webinar yang digagas oleh LIPI, Rabu (26/8).
Ghani menjelaskan fenomena ini timbul akibat keputusan perusahaan sawit besar untuk mengimplementasikan aturan yang tertuang di dalam pasal 68 Undang-Undang No 13 tentang Ketenagakerjaan. Menyebutkan bahwa pengusaha dilarang mempekerjakan setiap orang di bawah usia 18 tahun.
"Artinya ada ketakutan perusahaan atas sanksi. Bahkan banyak spanduk yang melarang orang tua untuk membawa anak dalam lingkungan perusahaan," ujarnya.
Terkait banyaknya pekerja anak yang berada di perkebunan sawit keluarga, dia menyebut akibat masih dipeliharanya nilai tradisi oleh masyarakat setempat. Di mana orangtua memandang bahwa mempekerjakan anak di usaha sawit keluarga merupakan suatu hal yang baik untuk proses regenerasi.
Sehingga mengakibatkan pekerja anak tidak pernah dibayar secara khusus atas keringat yang dikeluarkan. Dikarenakan orang tua menilai kemauan anaknya untuk bekerja merupakan suatu bentuk penghormatan.
"Jadi, anak tidak pernah dibayar secara khusus," imbuh dia.
Akibatnya, banyak pekerja anak juga yang menyambi pekerjaan serupa di kebun sawit milik orang lain. Hal ini dikarenakan adanya sistem pengupahan atas pekerjaan yang diselesaikan oleh anak.
Adapun besaran upahnya antara Rp 75.000-Rp 80.000 per hari. Sementara untuk orang dewasa upah dibanderol Rp 100.000 per hari. "Untuk waktu kerjanya seminggu bisa 3 kali. Dengan pekerjaan membersihkan rumput, memberikan pupuk, dana aktivitas terkait perkebunan lainnya," ucapnya.
Sebagai informasi, Survei dilaksanakan pada dengan 20 responden, wawancara dilakukan melalui secara langsung. Lokasi di Desa Seberu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.
Baca SelengkapnyaBayu mengawali bisnisnya bersama sang istri. Dia sempat 5 kali berganti jenis usaha sampai ke usaha percetakan.
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ular sawah menjadi penyeimbang ekosistem sawah karena bisa memangsa tikus karena tergolong hama yang merusak tanaman.
Baca SelengkapnyaAdit merasa, dari pada bekerja untuk orang lain, lebih baik dia mengembangkan usaha keluarganya agar lebih sukses.
Baca SelengkapnyaMenurut Budi, syarat untuk mencapai generasi emas 2045 ialah harus sehat dan pintar.
Baca SelengkapnyaAnies-Cak Imin menyiapkan anggaran Rp150 triliun bagi generasi muda untuk tertarik terjun ke sektor pertanian.
Baca SelengkapnyaPada saat anak sedang sakit, orangtua biasanya akan mengalami sejumlah kebingungan. Penting bagi orangtua untuk memerhatikan sejumlah hal.
Baca SelengkapnyaPendapatannya saat ini jauh lebih sedikit tapi ia mengaku bahagia
Baca Selengkapnya