Sri Mulyani Banggakan Inflasi 2,72 Persen di 2019 Terendah dalam 20 Tahun Terakhir
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyambut baik capaian inflasi sepanjang 2019 yang berada di 2,72 persen. Angka ini berada jauh di bawah target pemerintah yang ditetapkan sebesar 3,5 persen dalam APBN 2019.
"Inflasi kita masih relatif sangat baik. Bahkan ini inflasi terendah sampai 20 tahun terakhir," kata dia saat konferensi pers APBN Kita di Kantornya, Jakarta, Selasa (7/1).
Menteri Sri Mulyani mengatakan capaian ini didukung oleh komponen inti yang terjaga masih di kisaran 3 persen. Di mana ini menunjukkan bahwa keseimbangan penawaran dan permintaan serta ekspektasi inflasi yang positif baik.
"Ini juga mendukung daya beli masyarakat yang terjaga di atas 5 persen," imbuh dia.
Sementara, itu harga yang diatur pemerintah dalam inflasi juga terkendali lebih rendah dibandingkan dengan 2018. Di mana, sepanjang 2019 hanya mencapai 0,51 persen dibandingkan 2018 sebesar 3,36 persen.
Inflasi 2019 2,72 Persen, Terendah Sejak 2009
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2019 adalah 2,72 persen. Angka itu merupakan inflasi terendah sejak 2009 atau 10 tahun terakhir.
Kepala BPS, Suhariyanto, menjelaskan inflasi 2019 juga lebih rendah dibanding tahun-tahun sebelumnya. "2009 inflasi 2,78 persen, kalau tahun 1999 itu sebesar 2,3 persen, kembali inflasi 2,72 persen ini (2019) selama 10 tahun terakhir," kata dia dalam acara konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Kamis (2/1).
Dia menjelaskan, rendahnya inflasi di tahun ini karena minimnya dorongan faktor Administered Price atau harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
"Kenapa inflasi 2019 bisa lebih rendah dari tahun 2018? Inflasi inti, tahun 2018 dan 2019 tidak beda jauh. Tapi berbeda di administered prices," ujarnya.
Adapun tahun ini komoditas utama yang memicu inflasi adalah emas perhiasan sebesar 0,16 persen. Kemudian, bensin 0,26 persen.
"Jadi kalau boleh disimpulkan tahun 2019 inflasi 2,72 persen ini karena memang harga-harga relatif terkendali karena berbagai kebijakan, dan dari sisi administered prices tidak menyumbang banyak. Karena memang tidak ada kebijakan yang berpengaruh banyak kalau dibandingkan kebijakan di 2018," tuturnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaPergerakan inflasi pangan dapat memberi tekanan besar terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Begini untung rugi Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaSelain beras, Sri Mulyani menyebut ada beberapa harga pangan juga mengalami kenaikan, seperti bawang putih 1,9 persen, cabai merah 17 persen.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengakui bahwa produksi emisi karbon per kapita di Indonesia mengalami tren kenaikan dalam beberapa tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaInflasi naik di bulan Febuari terutama harga beberapa komoditas.
Baca SelengkapnyaPosisi Sri Mulyani di kancah internasional itu juga turut berdampak positif terhadap reputasi perekonomian Indonesia.
Baca Selengkapnya