SKK Migas: Impor minyak capai 1,5 juta barel per hari di 2025
Merdeka.com - Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana mengakui kondisi sektor migas Indonesia saat ini tidak nyaman. Salah satu penyebabnya adalah tingginya selisih atau gap antara produksi minyak nasional dengan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia.
Disaat produksi minyak menurun, konsumsi BBM subsidi justru terus meningkat. Hal ini kemudian memaksa Indonesia terus mengimpor minyak.
Gde memprediksi, jika kondisi ini terus berlangsung maka pada 2025 Indonesia akan mengimpor 1,5 juta barel per hari. "Kalau tidak ada perubahan pola maka pada 2025 kita akan impor minyak lebih dari 1,5 juta barel per hari," ucap Gde di FX, Senayan, Jakarta, Rabu (24/9).
Membengkaknya impor membuat penerimaan negara dari sektor minyak tidak bisa dialokasikan untuk sektor lain. Sebab, penerimaan minyak seketika habis lantaran dianggarkan untuk subsidi minyak dan listrik.
Gde berharap pemerintah ke depan dapat melakukan perubahan pola dalam mengelola energi di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
"Karena angka yang semakin lama semakin mengerikan, dalam waktu 4-5 tahun subsidi BBM akan meningkat 3 kali lipat, dan berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi secara langsung," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaDiharapkan produksi minyak mencapai 42.922 barel per hari (BOPD).
Baca SelengkapnyaBerdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), kebutuhan dalam negeri akan energi minyak dan gas secara volumetrik masih akan terus meningkat setiap tahunnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pertama, ada faktor dari sisi hulu di mana rencana-rencana produksi mengalami kendala operasional.
Baca SelengkapnyaFokus pemerintah dalam percepatan transisi energi Indonesia masih mengarah pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca SelengkapnyaPemerintah seharusnya mengevaluasi faktor penyebab kegagalan pencapaian target investasi energi terbarukan selama ini.
Baca SelengkapnyaDampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaUMKM yang tercatat berkontribusi 61 persen terhadap PDB dan menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia menjadi fokus kolaborasi Pertamina dan Kemenparekraf.
Baca SelengkapnyaSaat ini Indonesia dalam tahap pengembangan SIPK dalam upaya meningkatkan partisipasi industri untuk memanfaatkannya.
Baca Selengkapnya