Ratifikasi IEFTA CEPA Tingkatkan Ekspor Produk Indonesia ke Eropa
Merdeka.com - Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis Ratifikasi Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEFTA-CEPA) akan menciptakan peluang ekspor Indonesia kembali menggeliat. Sebab, ada ribuan pos tarif Indonesia yang mendapat pengurangan atau bahkan tarifnya 0 persen dari empat negara tujuan ekspor.
Wakil Menteri Perdagangan, Jerrry Sambuaga menyampaikan, manfaat IEFTA-CEPA sangat besar. Untuk pasar Islandia, ada 8100 pos tarif yang dibebaskan alias 0 persen. Angka itu merupakan 94,28 persen dari semua jenis barang ekspor dan nilainya hampir 100 persen dari nilai seluruh jenis produk Indonesia yang diekspor ke Islandia.
Untuk pasar Norwegia, jenis pos tarif yang dibebaskan untuk produk Indonesia mencapai 6.338 meliputi 90,97 persen seluruh jenis produk ekspor atau 99,75 persen dari seluruh ekspor Indonesia.
"Sedangkan untuk Swiss dan Liecthenstein, ada 7042 pos tarif, meliputi 81,74 persen jenis produk ekspor atau 99,65 persen nilai ekspor Indonesia ke dua negara tersebut," ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (17/4).
Dengan hampir semua produk Indonesia yang tarifnya 0 persen, Wamendag Jerry optimistis daya saing produk Indonesia akan meningkat tajam. Setidaknya dengan perjanjian ini akan ada peningkatan serapan produk Indonesia ke 4 negara tersebut.
"Banyak jenis produk yang diperkirakan akan mendapat dampak positif, antara lain perhiasan, timah, fiber optik, sabun, peralatan listrik, baut, mesin, alas kaki, telepon hingga arang kayu." bebernya.
Kelapa Sawit Indonesia Mulai Diterima
Selain produk-produk tersebut, Indonesia juga mendapat angin segar berupa peningkatan profil kelapa sawit di pasar Uni Eropa. Seperti diketahui, Uni Eropa beberapa tahun belakangan ini meningkatkan kampanye negatif produk kelapa sawit dan turunannya.
"Ini angin segar bagi industri kelapa sawit Indonesia. Pasar 4 negara Eropa tersebut mulai bersikap terbuka. Syarat sustainability yang mereka tetapkan tentu akan kita penuhi karena memang sejak awal industri kelapa sawit Indonesia berkomitmen terhadap sustainability ini," jelasnya.
Keterbukaan sikap dan kebijakan 4 negara Uni Eropa diharapkan membuka jalan bagi sikap serupa dari negara Eropa lain, khususnya negara-negara yang selama ini bersikap keras seperti Perancis.
Dia sendiri menilai isu sebenarnya dari industri kelapa sawit adalah mengenai persaingan dagang. Minyak nabati kelapa sawit terbukti sangat efisien dari segi lingkungan dibandingkan minyak nabati dari tumbuhan lain seperti rapeseed. Selain efisien secara lingkungan, minyak kelapa sawit juga efisien dari segi produksi.
Akibatnya daya saing kelapa sawit sangat besar dibandingkan produk sejenis dari tumbuhan lain. Ini yang membuat beberapa negara di Eropa mempunyai resistensi terhadap kelapa sawit Indonesia.
Ke depan, menurut Wamendag Jerry, setidaknya ada dua hal yang perlu dilakukan berkaitan dengan diratifikasinya IEFTA-CEPA ini, pertama, perlu sosialisasi dan fasilitasi kepada para pelaku usaha agar pemanfaatannya optimal. Kedua, perlu mendukung ekspor ke negara-negara tersebut dengan berbagai langkah dalam peningkatan kapasitas pemenuhan standar produk, menekan biaya logistik dan menguatkan dukungan sistem pembiayaan dan pembayaran.
Maka dari itu, Wamendag Jerry meyakinkan jajaran Kemendag akan mengawal perjanjian ini. Ia juga akan mengajak Dinas Perdagangan baik di tingkat provinsi maupun kabupaten seluruh Indonesia bekerja sama membina pelaku usaha agar meningkatkan kinerja ekspornya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaNilai ekspor migas turun tipis 0,29 persen dengan nilai ekspor USD20,72 miliar.
Baca SelengkapnyaMakanya, KKP merancang kebijakan untuk menjaga biota kelautan Indonesia dan menjaga populasi ikan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BPS mencatat, tiga besar negara tujuan ekspor non-migas Indonesia pada Januari 2024 adalah ke negara China, Amerika Serikat, dan India.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengeluarkan aturan yang membolehkan pengerukan pasir laut, salah satunya untuk tujuan ekspor pada Mei 2023.
Baca SelengkapnyaSalah satu faktornya adalah kinerja ekspor sepanjang tahun 2023 mampu menembus USD 258,82 miliar.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaEcoports sejalan dengan Program Kementerian Perhubungan RI dalam mewujudkan Pelabuhan Berwawasan Lingkungan di Indonesia
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca Selengkapnya