Pemulihan Ekspor Berimbas Turunkan Pengangguran Indonesia di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut angka pengangguran mengalami penurunan dari 7,07 persen di 2020 menjadi 6,49 persen per Agustus 2021. Per Agustus 2021, jumlah pengangguran sebanyak 9,10 juta orang, lebih rendah dari Agustus tahun lalu sebanyak 9,77 juta orang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menilai, penurunan angka ini dipengaruhi kinerja ekspor yang mengalami peningkatan. Sehingga membuat pabrik-pabrik menyerap tenaga kerja atau memperkerjakan kembali karyawannya yang sempat diberhentikan karena terdampak pandemi.
"Itu kan ada windfall permintaan ekspor sedang naik tinggi, jadi aji mumpung bagi pabrik untuk rekrut tenaga kerja baru atau pekerjakan kembali karyawan yang sempat dirumahkan," kata Bhima saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Sabtu (6/11).
Tingginya permintaan ekspor membuat industri pengolahan membuka lapangan kerja. Pada kuartal III-2021 tercatat 1,22 juta orang dipekerjakan di sektor manufaktur.
"Industri pengolahan menambah lapangan kerja sebesar 1,22 juta orang karena terdorong naiknya permintaan ekspor," kata dia.
Kinerja Ekspor Kuartal III
Berdasarkan data BPS, pada kuartal III-2021 ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan 29,16 persen. Kondisi ini didukung perekonomian sebagian besar negara mitra dagang utama Indonesia yang mengalami peningkatan.
Ekspor nonmigas tumbuh terutama pada komoditas lemak dan minyak hewan/nabati seperti bahan bakar mineral serta besi dan baja. Ekspor migas juga tumbuh seiring dengan peningkatan nilai ekspor gas, hasil minyak dan peningkatan harga komoditas migas.
Sementara itu dari sisi industri pengolahan BPS mencatat sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 3,68 persen (yoy). Namun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya di tahun yang sama mengalami penurunan dari 6,58 persen.
Pertumbuhan ini didorong adanya pertumbuhan dari industri alat angkutan sebesar 2,84 persen. Sebab, ada kenaikan produksi kendaraan bermotor sebagai dampak pemberian insentif PPnBM oleh pemerintah.
Industri kimia, farmasi dan obat tradisional juga mengalami pertumbuhan 9,71 persen yang didukung produk farmasi dan obat-obatan untuk memenuhi permintaan domestik dalam menangani Covid-19. Industri logam dasar juga tumbuh 9,52 persen sejalan dengan peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan dari luar negeri.
Industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan 3,49 persen karena adanya peningkatan produksi CPO dan turunannya untuk kebutuhan domestik dan luar negeri. Sedangkan industri karet, barang dari karet dan plastik mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,80 persen karena menurunnya pasokan bahan baku karet.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Secara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaMemasuki arus mudik Lebaran sejumlah maskapai penerbangan menambah frekuensi penerbangannya ke Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaAngka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Budi memprediksi adanya kenaikan jumlah pemudik di momen lebaran tahun 2024 mencapai 193 juta penumpang.
Baca SelengkapnyaPemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca SelengkapnyaSejak tahun 2021 jumlah pekerja migran Indonesia di Turki terus mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca Selengkapnya