Pemerintah Waspadai Pelemahan Harga Komoditas di 2023

Senin, 6 Februari 2023 23:15 Reporter : Anisyah Al Faqir
Pemerintah Waspadai Pelemahan Harga Komoditas di 2023 batubara. Merdeka.com

Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai lemahnya harga komoditas ekspor unggulan Indonesia. Mengingat kenaikan harga komoditas ini menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh gagah di level 5,31 persen (yoy).

Menanggapi itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan pelemahan harga komoditas terjadi karena musim dingin yang terjadi tidak terlalu ekstrem. Akibatnya kenaikan harga energi tetap stabil dari sebelumnya yang diprediksi mengalami lonjakan.

"Pada musim dingin ini cuacanya tidak ekstrem, artinya yang dikhawatirkan kenaikan energi tidak setinggi yang diperkirakan. Sehingga harganya relatif stabil," kata Airlangga dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (6/2).

Dia mengatakan landainya harga komoditas ini masih pada batas yang tinggi jika dibandingkan dengan harga komoditas sebelum pandemi Covid-19. Artinya harga komoditas saat ini masih tinggi dan memberikan banyak keuntungan bagi ekonomi domestik.

"Harga komoditas memang melandai tapi ini tidak dalam kondisi normal tapi relatif tinggi," ungkapnya.

Dia pun mencontohkan harga cooper dan emas yang masih tinggi di pasar global. Sehingga diperkirakan sampai 6 bulan ke depan harga komoditas akan tetap tinggi. "Dari harga copper dan gold ini sudah naik USD 1.900 per troy ons dan sampai 6 bulan ke depan seperti pandemi," kata dia.

Selain itu, kondisi permintaan dan kebutuhan barang masih terganggu. Gas sebagai salah satu sumber energi belum bisa sepenuhnya tergantikan dengan energi hijau dalam waktu dekat. "Begitu juga dengan harga gas, tidak ada pengganti energi yang bisa beralih dengan cepat," kata dia.

Termasuk juga tekanan geopolitik antara Ukraina dan Rusia masih belum menemukan titik terang. Sehingga selama perang belum berakhir, kondisi suplai energi masih akan terganggu dan membuat harganya masih tinggi.

"Beberapa kondisi terkait suplai green atau suplai dari Rusia selama ini belum masuk ke pasar global, dalam situasi ini harga komoditas Indonesia akan tetap tinggi meski tidak setinggi di tahun 2022," pungkasnya. [azz]

Baca juga:
Menko Airlangga Jamin Tahun Politik Tak Ganggu Stabilitas Ekonomi RI
Pertumbuhan Industri Pengolahan Paling Moncer di Kuartal IV-2022
Kebijakan Penanganan Covid-19 Kunci Ekonomi RI di 2022 Tumbuh 5,31 persen
Sempat Anjlok, Pertumbuhan Ekonomi Bali di 2022 Meroket Capai 4,84 Persen
Sektor Pariwisata Hingga Penjualan Kendaraan Bermotor Naik di 2022
Ekonomi RI 2022 Tumbuh 5,31 Persen, Tertinggi Sejak Dipimpin Jokowi

Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini