Pemerintah Sasar Pasar Ekspor Kelapa Sawit ke Mesir dan Iran
Merdeka.com - Kementerian Perdagangan tengah mempelajari potensi pasar baru, setelah Indonesia bersitegang dengan Uni Eropa terkait Undang-Undang (UU) Deforestasi yang mempersulit ekspor sawit ke Benua Biru. Mesir dan Iran termasuk dua target pasar yang dinilai punya potensi besar.
Sebab, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Menteri Perdagangan dan Industri Mesir soal pembentukan Joint Trade Committee (JTC). Sementara Indonesia pun sedang menyelesaikan perundingan negosiasi kerjasama perdagangan Prefential Trade Agreement (PTA) dengan Iran.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, Pemerintah RI memang harus kreatif dan inovatif membangun jejaring potensi pasar baru yang potensial. Di luar adanya hambatan masuknya produk sawit ke Uni Eropa.
"Dalam hal ini kita juga melihat Timur Tengah, termasuk Iran di dalamnya, Arab, Mesir, dan sebagainya. Itu pasar potensial yang sifatnya emerging market, pasar non-tradisional market," kata Djatmiko dalam sesi teleconference, Senin (22/5).
"Jadi buka semata-semata kondisi di Uni Eropa, tapi ada tidak adanya situasi pasar itu kita harus berupaya memperkuat jejaring destinasi ekspor kita. Dengan adanya JTC dengan Mesir, PTA dengan Iran, ekspor kita khusus sawit ini bisa semakin meningkat dari waktu ke waktu," ujarnya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Miko tersebut menyampaikan, hubungan bilateral perdagangan antara Indonesia dengan Mesir dan Iran sejauh ini sudah sangat baik. Tercatat dari volume perdagangan RI-Mesir, di mana Indonesia menikmati surplus USD 1,1 miliar dari total USD 1,5 miliar.
Sementara dengan Iran, meskipun angkanya lebih kecil, Miko menambahkan, Indonesia tetap menikmati surplus lebih dari USD 200 juta dari sekitar USD 250 juta nilai transaksi perdagangan. Ia pun meyakini nilainya bakal terus tumbuh ke depan.
"Persetujuan (perdagangan) dengan Iran akan memberikan suatu kesempatan lebih luas bagi kedua negara untuk meningkatkan hubungan perdagangan, baik volume maupun nilai transaksi perdagangan. Jadi seluruh tim meyakini dengan adanya PTA ini transaksi bilateral dengan Iran akan meningkat," tuturnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengeluarkan aturan yang membolehkan pengerukan pasir laut, salah satunya untuk tujuan ekspor pada Mei 2023.
Baca SelengkapnyaYordania menyatakan keadaan darurat, menurut TV berita Al-Mamlaka milik negara. Negara itu juga menutup wilayah udaranya untuk penerbangan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaNegara Afrika dan Amerika Latin dipilih menjadi alternatif karena rute pengiriman tidak melintasi Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaSederet potensi gangguan ekonomi akibat pecah peran Iran-Israel di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaAnalis Ibrahim memberikan beberapa rekomendasi waktu yang tepat menjual aset logam mulia di tengah anjloknya nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaAturan turunan ekspor pasir laut masih digodok karena melibatkan banyaknya tim kajian.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia patut bersyukur dan bersuka cita karena telah melewati proses Pemilu 2024
Baca Selengkapnya