Pedagang Gorengan Enggan Naikkan Harga Walau Minyak Goreng Mahal
Merdeka.com - Agus (45) seorang pedagang gorengan di kawasan Jl Asem Baris Raya, Tebet, Jakarta Selatan, mengaku belum terfikir untuk menaikkan harga jual dagangannya kendati harga minyak mahal dalam beberapa waktu terakhir.
Agus menerangkan, keputusan untuk tetap mempertahankan harga jual gorengan semata-mata agar pembeli tidak kabur.
"Jujur kita belum ada kepikiran lah naikkan harga gorengan ini walaupun minyak naik. Takutnya nanti pelanggan malah lari, kabur gitu," ucapnya sambil melayani pembeli, Senin (22/11).
Padahal, Agus mengakui, beberapa waktu lalu sempat ada niatan untuk menaikkan harga gorengan saat harga jual minyak terus merangkak naik. Namun, keputusan tersebut terpaksa diurungkan lantaran dirinya merasa jika kemampuan daya beli konsumen belum sepenuhnya pulih akibat terdampak pandemi Covid-19.
"Akhirnya kita mikir lagi, kalau kita naikkan harga gorengan kemungkinan pembeli kabur tinggi. Karena daya beli juga kan belum baik lah, setelah kemarin Covid-19 naik," terangnya.
Maka dari itu, Agus mendesak pemerintah serius menyikapi persoalan harga minyak yang terus merangkak naik. Mengingat, kenaikan harga minyak kali ini melebihi batas kewajaran yang tidak hanya membebani konsumen ibu rumah tangga namun juga para pedagang UMKM.
"Jadi, kita pengen pemerintah serius lah untuk ini neken harga minyak, harus cepet turun. Sekarang harga sudah Rp20 ribu per kilogram dari normal Rp10 ribu per kilogram. Ini sudah tidak wajar, kasihan ke kita pedagang UMKM juga lah," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi buka suara mengenai penyebab harga minyak goreng naik drastis beberapa waktu belakangan. Kenaikan itu merupakan konsekuensi atas meroketnya harga komoditas minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
"Kalau kita lihat sekarang sebenarnya barang apa yang kita jual? pertama yang paling besar itu adalah produk minyak nabati HS nomor 15 yaitu kelapa sawit," kata Lutfi, Jakarta, Jumat (19/11).
Kenaikan harga CPO, kata Lutfi, membuat ekspor membaik namun juga menekan harga minyak goreng. Terlihat dari nilai ekspor bulan ini yang menyumbang angka cukup besar. "Kita ini menjual kira-kira USD 27 miliar pada tahun 2020. Pada bulan Oktober ini saja kita menjual USD3,36 miliar," jelasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ada beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaGula merupakan bahan baku utama bagi industri minuman Indonesia. Sehingga, dengan naiknya harga gula dunia membuat pelaku usaha terbebani.
Baca SelengkapnyaGanjar pun membeli beberapa sayuran untuk dibawa pulang. Sontak itu membuat pedagang antusias melayaninya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Data pertumbuhan ekonomi ini melemahkan harga minyak di awal sesi, namun para pedagang menyadari pasar minyak sedang ketat dan situasi di Timur Tengah.
Baca SelengkapnyaAnies menilai sejumlah komoditas bahan pokok memang meningkatkan. Dampaknya, pendapatan atau omzet pedagang turun.
Baca SelengkapnyaKampung Jaha terkenal sebagai sentra pengrajin bawang goreng di Bekasi.
Baca SelengkapnyaTotal ada 400 paket sembako yang berisi beras 5 kg, minyak goreng, dan gula yang dijual murah.
Baca SelengkapnyaHarga tinggi telur dan daging itu ditemukan Satgas Pangan Polri mengecek ketersediaan stok pangan di sejumlah pasar tradisional.
Baca SelengkapnyaSempat ditipu hingga ratusan juta, pengusaha bawang goreng satu ini justru makin sukses dengan penghasilan mencapai ratusan juta.
Baca Selengkapnya