Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Level Rp14.699 per USD
Merdeka.com - Nilai tukar atau kurs Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta berpotensi kembali menguat usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut soal stimulus dalam cuitannya di media sosial.
Rupiah dibuka menguat 11 poin atau 0,07 persen menjadi Rp14.699 per USD dari sebelumnya Rp14.710 per USD.
"Sentimen positif kembali ke pasar keuangan sejak siang kemarin, karena meskipun Trump menunda negosiasi paket stimulus tapi Trump membuka perilisan stimulus parsial yang menyasar pekerja, industri penerbangan, dan lain-lain," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis.
Ariston menuturkan sentimen positif tersebut mendorong pelemahan dolar AS namun pasar tetap mewaspadai dinamika seputar stimulus itu.
Menurutnya, apabila stimulus parsial yang diungkapkan Trump kembali terhambat, dolar AS akan menguat kembali.
"Dari dalam negeri sendiri, pasar mungkin mewaspadai gejolak reaksi terhadap UU Cipta Kerja," ujar Ariston.
Perkiraan Rupiah Hari Ini
Ariston memperkirakan hari ini Rupiah masih berpotensi menguat di kisaran Rp14.650 per USD hingga Rp14.800 per USD.
Pada Rabu (7/10) lalu Rupiah ditutup menguat 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.710 per USD dari sebelumnya Rp14.735 per USD.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca SelengkapnyaKinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Baca Selengkapnyatetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR).
Baca Selengkapnya