Neraca Perdagangan RI Surplus 27 Bulan Berturut-turut
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan RI surplus USD4,22 miliar di Juli 2022. Capaian ini memperpanjang rekor surplus neraca perdagangan selama 27 bulan berturut-turut.
Capaian ini diperoleh lantaran angka ekspor per Juli 2022 yang sebesar USD 25,57 miliar masih lebih tinggi dibanding nilai impor pada bulan yang sama, sebesar USD 21,35 miliar.
Kendati demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai impor tersebut mengalami kenaikan sekitar 1,64 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dibanding Juni 2022, yang sebesar USD 21 miliar.
"Secara year on year (YoY), angka impor Juli 2022 melonjak 39,86 persen dibanding Juli 2021 yang sebesar USD 15,26 miliar," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, Senin (15/8).
Di sisi lain, nilai ekspor Indonesia secara bulanan pada Juli 2022 juga terpangkas sebesar 2,20 persen, dari sebelumnya USD 26,15 miliar per Juni 2022 menjadi USD 25,57 miliar pada Juli 2022. Penurunan angka ini terjadi akibat harga dan volume ekspor migas yang terpangkas pada Juli 2022 silam.
"Untuk penurunan ekspor migas lebih dikarenakan oleh nilai minyak mentah yang turun 60,06 persen, dan volume turun 60,82 persen," ungkap dia.
Tak hanya komoditas migas, ekspor barang non migas yang melemah juga turut memberikan andil terhadap nilai ekspor Juli 2022 yang mengecil. "Jadi kalau dilihat di grafik, perkembangan mtm dan YoY terkait ekspor kita memang lebih dikarenakan oleh secara persentase turunnya komoditas untuk migas yang turun minus 11,24 persen. Sementara non migas turun 1,64 persen," tandasnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kinerja perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus hingga ke-47 kali berturut-turut sejak Mei 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Surplus APBN ditopang oleh penerimaan negara yang masih lebih tinggi dibandingkan belanja negara.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, pendapatan negara mengalami kontraksi sebesar 5, 4 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Baca SelengkapnyaBendahara negara ini juga melaporkan, kinerja APBN sampai dengan akhir Juli masih tetap terjaga positif.
Baca SelengkapnyaSekitar 55 persen dari kenaikan ini berasal dari negara-negara maju, terutama didorong oleh AS, Prancis, dan Jerman.
Baca SelengkapnyaAdapun APBN per Januari 2024 mencatatkan surplus Rp31,3 triliun atau 0,14 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Baca Selengkapnya