Miris, Jutaan Pelajar Hidup Sebagai Gelandangan di Negara Maju
Merdeka.com - Amerika Serikat (AS) dikenal sebagai negara adidaya dengan kemampuan ekonomi yang besar. Namun, jumlah mahasiswa tak punya rumah atau tunawisma di Amerika Serikat (AS) mencatatkan rekor tertinggi dalam lebih dari satu dekade, menurut sebuah studi baru.
Tercatat, sebanyak 1,5 juta pelajar tinggal bersama keluarga lain atau teman mereka setelah kehilangan rumah. Tujuh persen di antaranya tinggal di gedung terlantar atau mobil terbengkalai, menurut laporan Pusat Pendidikan Tunawisma Nasional.
"Hidup tanpa alamat tetap berdampak serius pada pendidikan dan kesehatan anak. Kurang dari sepertiga siswa tunawisma mampu membaca dengan baik, dan mereka mendapat nilai lebih rendah dalam matematika dan sains, laporan itu menunjukkan," kata Amanda Clifford, dari Forum Pemuda Nasional tentang Tunawisma (NYFH), kepada BBC dikutip, Jumat (7/10).
Mengapa siswa tunawisma meningkat?
Tunawisma adalah masalah yang berkembang di AS, biasanya terkait dengan krisis perumahan nasional. Jutaan orang menghabiskan lebih dari separuh pendapatan mereka untuk perumahan, dan banyak yang melaporkan bahwa mereka tidak mampu membeli rumah.
Sewa yang meningkat dan kekurangan perumahan telah memaksa ribuan orang di California untuk tinggal di karavan atau perumahan yang tidak memadai. Selain itu, penutupan pabrik atau munculnya gig economy juga membuat orang tua tidak mampu membayar sewa.
Selain itu, masalah narkoba juga turut andil dalam peningkatan jumlah tunawisma di AS. Studi mencatat, hampir dua juta orang kecanduan obat resep yang menyebabkan beberapa keluarga putus atau anak-anak dikeluarkan dari rumah mereka.
Pergeseran budaya juga menjadi penyebab banyaknya pelajar di AS yang memilih menjadi tunawisma. Sejumlah besar pelajar tunawisma ini adalah kelompok LGBT, menurut University of California Williams Institute. Hampir tujuh dari 10 mengatakan bahwa penolakan keluarga adalah penyebab utama menjadi tunawisma, dan pelecehan di rumah adalah alasan utama lainnya.
Apa solusinya?
Kebanyakan ahli mengatakan solusinya terletak pada penyediaan lebih banyak perumahan dengan harga terjangkau. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan dukungan kepada keluarga yang mungkin terkena trauma atau kecanduan.
"Memenuhi kebutuhan mendesak keluarga itu penting - menyediakan perumahan dan sewa bulan depan. Tapi lebih dari itu, orang perlu didukung setelah krisis mereka berakhir," kata Ms Clifford, dari NYFH.
Misalnya, bantuan uang untuk membayar perbaikan mobil, sehingga orang tua dapat memastikan mereka dapat pergi bekerja. Kemudian, mencatat bagaimana kinerja anak-anak di sekolah dalam jangka waktu yang lebih lama juga penting.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Modus Berbagi Takjil, Ratusan Pelajar Bikin Onar dan Hendak Tawuran Ditangkap di Jakpus
Baca SelengkapnyaNegara-negara berikut mungkin dapat menjadi pilihan bagi Anda untuk menempuh pendidikan yang lebih berkualitas.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaBudi menyebut kesehatan dan pendidikan berkualitas merupakan dua kunci penting agar Indonesia bisa menjadi negara maju pada 2030.
Baca SelengkapnyaNamanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Baca SelengkapnyaUsahanya membuka peluang lapangan pekerjaan baru bagi teman-teman ataupun lingkungan sekitar.
Baca SelengkapnyaPara pemilik burung rela jauh-jauh mengirim hewan peliharaannya demi bisa sekolah di sini
Baca SelengkapnyaMeski hujan, ratusan warga desa yang terdiri dari berbagai kalangan masih tampak antusias dan semringah menyambut Ganjar pada Jumat (29/12) malam.
Baca Selengkapnya