Menengok Keuntungan Bisnis Hewan Kurban
Merdeka.com - Momentum hari raya Idul Adha dapat dijadikan sebagai peluang bagi seseorang yang ingin berkecimpung di dunia bisnis. Peluang usaha ini juga bisa dilakukan bagi orang yang sekadar ingin mencoba-coba untuk membuka usaha dadakan. Namun, usaha hewan kurban ini tidak bisa disepelekan. Banyak hal yang harus diperhatikan agar tidak mengalami kerugian.
Mengambil kisah dari salah satu penjual hewan kurban, Toto yang sudah tujuh tahun lamanya berjualan, mengatakan bahwa penjualan dari tahun ke tahun selalu stabil. Tidak pernah mengalami penurunan.
Untuk bisa berjualan hewan kurban, dia harus merogoh kocek senilai Rp 1 miliar sebagai modal. Jumlah tersebut bukan jumlah yang sedikit. Dia pun harus mengatur strategi agar tak mengalami defisit.
Dalam bisnis ini, dia harus membayar sewa tempat berjualan. Selain itu, hewan kurban ini didatangkan dari Cirebon. Ongkos yang harus dikeluarkan pun cukup memakan biaya. Belum lagi, biaya pemeliharaan hewan kurban sebelum dijual. Tak hanya sampai di situ saja, dia masih harus membayar gaji karyawannya.
"Kita di sini ada 90 ekor sapi. Untung yang kita ambil itu 10 persen setiap sapi yang terjual. Kita engga ambil untung banyak," ujar penjual hewan kurban, Toto, di Cipinang, Jakarta, Jumat (9/8).
Harga sapi yang dijual pun beragam. Toto mematok harga mulai dari Rp 17,5 juta untuk sapi yang berbobot 250 kilogram sampai dengan Rp 35 juta dengan bobot 650 kilogram.
Lain lagi dengan penjual hewan kurban, Eko Prasetyo. Pria berusia 22 tahun ini sudah berjualan sejak 2012. Dia mengatakan bahwa ini pekerjaan sambilan yang dilakukan. Sebab, dia berjualan berdua dengan pamannya.
Eko harus mengeluarkan modal sebesar Rp 700 juta. Dia memasok hewan kurban dari Jepara. Menurutnya, untuk mengambil untung setiap hewan kurban itu harus menghitung kalkulasi dari risiko kematian hewan.
"Untuk menghitung kalkulasi untungnya itu begini. Jadi hewan ini kan rentan kematiannya karena jaraknya jauh. Dari Jepara ke Jakarta. Kalo kita ambil untungnya tipis dan misalnya ada satu atau dua ekor yang mati, kita perlu menutupi biaya tersebut. Kalau tidak, kita rugi," ujar Eko Prasetyo, di Cipinang, Jakarta, Jumat (9/8).
Untuk keuntungan satu ekor kambing, pihaknya mengambil sebesar Rp 500 ribu per ekor. Untuk sapi, dia mengambil untung sebesar Rp 5 juta per ekor.
Dia juga membeberkan penyebab harga hewan kurban itu mahal. Pertama, ada biaya pemeliharaan, sewa kandang, sewa lahan, gaji karyawan, serta makanan untuk para hewan. Untuk pemeliharaan hewan ini, dia juga membutuhkan jerami dan bekatul.
"Jerami untuk 10 hari itu Rp 2,5 juta dan bekatul itu 100 kilogram. Harga per 50 kilogram itu sekitar Rp 350 ribu. Untuk gaji karyawan itu sekitar Rp 120 ribu per hari,” ucapnya.
Harga hewan kurban yang ditawarkan Eko pun berbeda-beda. Semua juga berdasarkan dari bobot hewan tersebut. Harga kambing mulai dijual dari harga Rp 2,5 juta dengan bobot 30 kilogram sampai dengan harga Rp 5,5 juta dengan kategori super atau bobot di atas 50 kilogram.
Untuk harga sapi, dia menjual dari harga Rp 19 juta dengan bobot 270 kilogram sampai dengan harga Rp 30 juta dengan bobot 500 kilogram.
Reporter Magang: Rhandana Kamilia
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Karyawan Bobol Gudang Sembako Milik Bosnya, Mentega Senilai Rp200 Juta Raib Dicuri
Ada ratusan dus mentega yang berhasil digasak dengan nilai kerugian mencapai Rp 200 juta
Baca Selengkapnya8 Tips Liburan Hemat saat Tahun Baru, Tetap Seru dan Tidak Boros
Liburan hemat merupakan tujuan yang diinginkan banyak orang agar dapat menikmati waktu berlibur tanpa memberatkan keuangan.
Baca SelengkapnyaBanyak Sedekah Jadi Kunci Sukses Adibayu Bisnis Kentang, Kantongi Omzet Rp2,5 Miliar
Memperluas jejaring dan perbanyak sedekah menjadi kunci yang Adibayu yakini menjadi perantara kesuksesannya saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mantan Tukang Ojek 'Melompat Tinggi', Bisnis Tanaman Hias Makin Besar dari Modal BRI
Abidin bercerita bisnis tanaman hiasnya di Jalan RM Harsono berkembang sejak ikut KUR BRI.
Baca SelengkapnyaBisnis Tambang Pasir Gagal & Terlilit Utang Rp2 Miliar, Dwi Bangkit Lewat Dagang Bakso dan Restu Orang Tua
Di masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Baca SelengkapnyaMengurungkan Niat Berangkat Ke Jepang Untuk Bekerja, Pemuda Ini Memilih Berternak Entok 'Alhamdulillah Sudah Punya Mobil dan Menikah'
Berbekal kesungguhan dan keyakinan, nyatanya ternak yang dijalaninya membuahkan hasil tak terduga. Ia sukses menjadi seorang peternak entok muda.
Baca SelengkapnyaJalankan Bisnis Bareng Sejak Kuliah, Pasutri Asal Malang Mengaku Rezekinya Mengalir Deras setelah Punya Anak
Saat pertama kali berkenalan, keduanya sama-sama memiliki latar belakang ekonomi yang sulit.
Baca SelengkapnyaMengintip Budi Daya Madu Teran Khas Bangka Belitung, Bisnis Menjanjikan dengan Hasil Puluhan Liter Madu
Siapa sangka jika Bangka Belitung memiliki kekayaan alam selain timah, yaitu madu Heterotrigona Itama atau madu teran.
Baca SelengkapnyaSerunya Berburu Kuliner di Bojonegoro, Beli Stik Daun Kelor hingga Pentol Makin Praktis Pakai QRIS
Pembayaran menggunakan QRIS mencegah peredaran uang palsu dan tak perlu repot menghitung kembalian
Baca Selengkapnya