Kemenperin sebut pabrik Toshiba tutup karena produknya mahal
Merdeka.com - Toshiba, perusahaan elektronik asal Jepang, memutuskan untuk melepas pabrik mesin cuci dan televisinya di Indonesia. Pabrik tersebut akan diakuisisi oleh perusahaan asal China, Skyworth Corp.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengungkapkan, pelepasan pabrik oleh Toshiba disebabkan pihaknya tidak bisa bersaing dengan produk sejenis dari China atau Korea Selatan. Khususnya dari sisi harga.
"Orang Indonesia kan yang penting harganya, kualitas dinomorduakan. Ibu-ibu kalau ada yang lebih murah akan dicari ke sana, padahal jaraknya lebih jauh, ongkosnya lebih mahal," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (5/2).
Namun diakuinya, jika dilihat dari sisi kualitas, produk Jepang tetap lebih baik. "Sedangkan kecenderungan orang Indonesia lebih memilik barang dengan harga yang murah meski kualitasnya tidak menjanjikan," tuturnya.
Dia mengungkapkan Toshiba sebetulnya telah mencapai kata sepakat dengan Skyworth sejak tahun lalu. "Jadi kalau dilihat dari tahun lalu, memang sudah ada tanda-tanda Toshiba akan diakuisi oleh perusahaan asal China, Skyworth. Nilai akuisisnya sekitar RMB 3 miliar," kata Haris.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut.
Baca SelengkapnyaPada akhir tahun 2016, Toshiba mengambil alih proyek pembangkit listrik bertenaga nuklir yang dikerjakan oleh AS Westinghouse Electric.
Baca SelengkapnyaJokowi meny ampaikan usai menggelar rapat internal di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bantuan tersebut sebagai upaya menghadapi kenaikan harga beras.
Baca SelengkapnyaDia mengatakan, bantuan pangan yang diberikan pemerintah ke masyarakat mampu menahan harga beras agar tidak naik.
Baca SelengkapnyaIndonesia turut menawarkan pesawat CN2335-220 produksi PTDI.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca SelengkapnyaKerja keras sangat dibutuhkan seseorang untuk menjadi sukses.
Baca SelengkapnyaJokowi selalu menekankan kepada para petani agar meningkatkan produktivitas padi.
Baca Selengkapnya