Jalan Keluar Indonesia Bertahan dari Krisis Keuangan Global 2008
Merdeka.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, bagaimana caranya Indonesia bisa keluar dari krisis global pada 2007-2008. Ini dikarenakan Indonesia belajar dari krisis moneter terjadi pada 1998.
Dia mengatakan saat krisis global terjadi, Indonesia sudah mengubah rezim sistem nilai tukarnya menjadi floating exchange rate, dan juga melakukan reformasi kebijakan makroprudensial, salah satunya menetapkan Bank Indonesia (BI) sebagai lembaga independen.
"Lalu, macro policy-nya sebenarnya sudah prudent, jadi fiskal sudah menggunakan Undang-Undang (UU) Keuangan Negara, defisit di bawah 3 persen, utang mulai turun, monetary policy-nya independen," kata Sri Mulyani dalam webinar Peluncuran Buku 25 Tahun Kontan: Melintasi 3 Krisis Multidimensi, Minggu (24/10).
Meski begitu, Indonesia belum maksimal dalam mengawasi perbankan. Sebab, Bank Indonesia sebagai bank sentral masih bertugas mengawasi perbankan.
Oleh karena itu, Indonesia kembali melakukan reformasi keuangan, yakni melahirkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dengan adanya OJK, BI melepas fungsi pengawasan banknya. Hal ini dilakukan karena pemerintah menyadari lembaga keuangan baik bank maupun non bank bisa memicu pertumbuhan di negara, tapi bisa juga menyebabkan krisis seperti kasus Lehman Brothers.
"Begitu terjadi krisis yang dipicu oleh Lehman Brothers, dan yang terjadi itu di episenturum keuangan yaitu AS, spill over-nya itu menjadi ke seluruh dunia dalam bentuk kepanikan global. Nilai tukar bergerak, spike, ini sekali lagi itu memukul neraca terutama untuk highly leverage.
Pemicu Krisis Ekonomi Global 2008
Sri Mulyani mengungkapkan, penyebab dari krisis global 2007-2008 terjadi akibat ebangkrutan Lehman Brothers Holding Incorporation (LBHI), sebuah bank investasi di AS. Singkatnya, perusahaan tersebut menawarkan KPR atau subprime mortgage, yakni kredit perumahan yang bisa diperoleh oleh debitur yang belum punya pengalaman kredit, bahkan tak punya pendapatan. KPR itu pun dinilai berisiko tinggi.
Namun, masalah belum selesai di situ. Kala itu, Lehman Brothers mengemas KPR tersebut menjadi instrumen derivatif dan diperdagangkan di pasar keuangan global. "Jadi orang mau beli rumah tidak harus menunjukkan dia punya job, dia punya income. Nah orang kenapa bisa beli? Karena dia bisa beli rumah yang tadinya harganya 50 ribu dolar AS, karena bubble harga rumah tinggi, dia bisa membiayai dengan harga rumah yang makin naik," ujar Sri Mulyani.
Saat itu Bank Sentral AS, yakni Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan hingga 4 kali menjadi 5,25 persen. Kondisi ini menyebabkan banyaknya debitur yang gagal bayar. Akibatnya, pasar properti AS terpukul, jutaan properti di AS pun tak terjual, dan pembangunan rumah baru anjlok 28 persen.
Jumlah debitur yang gagal bayar ini sangatlah besar, sehingga Lehman Brothers bangkrut. Kebangkrutan itu menyebabkan nilai tukar bergejolak. Kondisi ini merembet ke berbagai negara, sehingga terjadilah krisis keuangan global.
"Kemudian waktu bubble-nya pecah, seluruh pinjaman itu ternyata dibangun dari sebuah bangunan yang sifatnya bubbling karena ekspansi moneter dan derivasi dari produk-produk yang kita tidak tahu lagi risikonya. Begitu bubble-nya burst, terjadi domino effect," sambung dia.
Di AS, indeks Dow Jones kehilangan 504 poin atau anjlok 4,4 persen. Dampaknya di Indonesia terasa pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok 4,7 persen, sehingga turun ke level psikologis 1.719,25. Namun, hal itu tidak berdampak besar pada perekonomian Indonesia, karena tak ada perusahaan atau bank yang bangkrut.
"Kalau yang pertama Indonesia jadi center, yang kedua Indonesia terkena imbas dan kita relatif baik bisa menahannya. Makanya Indonesia disebut yang relatively unscathed. Kontraksi kita tidak ada, kita hanya turun sedikit di bawah 5 persen, inflasi relatif stabil, dan tidak ada perusahaan dan bank yang bertumbangan," pungkas dia.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaMenteri Keuangan Sri Mulyani menilai menuju target tersebut bukan perkara gampang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Posisi Sri Mulyani di kancah internasional itu juga turut berdampak positif terhadap reputasi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaBank Dunia memprediksi ekonomi global dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.
Baca SelengkapnyaProyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca Selengkapnya