Ini Untung Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Perdagangan Bilateral
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) terus menggencarkan penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement (LCS) dalam perdagangan bilateral, khususnya kawasan ASEAN. Langkah ini salah satunya untuk mengurangi tekanan nilai tukar mata uang terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).
Hal inilah yang mendorong Bank Indonesia untuk kerja sama LCS dengan negara-negara lain. Saat ini sudah ada empat negara yang menerapkan LCS dengan Indonesia yakni bank sentral Jepang, Malaysia dan Thailand, yang terbaru, Bank Indonesia bekerjasama dengan bank sentral China atau People's Bank of China (PBoC).
Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Internasional BI, Doddy Zulverdi menjelaskan, terdapat 3 fitur utama framework LCS berbasis Appointed Cross Currency Dealers (ACCD). Pertama pemberian fleksibilitas dari aturan transaksi di pasar valas.
"Pertama adalah ada pemberian fleksibilitas dari aturan transaksi di pasar valas. Kenapa itu diperlukan? Karena sampai sekarang Indonesia itu masih menganut rezim di mana Rupiah itu bersifat non internasionalisasi. Jadi kita tidak membiarkan tidak memperbolehkan Rupiah itu ditransaksikan di luar negeri," kata Doddy dalam Diskusi Dampak Penerapan LCS Diperluas, (23/9).
Alasannya, karena memang pasar valas Indonesia sangat kecil dibandingkan dengan pasar valas global yang luar biasa besarnya. Sehingga kalau dibiarkan, Rupiah digunakan transaksi secara bebas, maka kemampuan Bank Indonesia mengendalikan akan semakin turun.
"Makanya sampai saat ini masih sifatnya non internasionalisasi. Tapi tentu berimplikasi kepada kalau Rupiah tidak bisa ditransaksikan otomatis kemudian pembentukan nilai tukar terutama untuk mata uang dengan negara-negara non dolar itu menjadi terbatas," ujarnya.
Kendati demikian, Bank Indonesia ingin mendorong perkembangan pasar valas non dollar, mau tidak mau kata Doddy Bank Indonesia harus bisa membuka secara perlahan penggunaan rupiah di luar negeri melalui LCS.
"Inilah menjadi konsepnya. Bagaimana caranya kita bisa meningkatkan penggunaan mata uang lokal melalui pemberian ruang bagi penggunaan Rupiah di luar negeri, tapi tanpa membuat kita mengelola stabilitas menjadi terganggu," jelasnya.
Selanjutnya
Fitur kedua, mekanisme pengawasan dan monitoring, dan berbagi informasi antar bank sentral/otoritas untuk memastikan kepatuhan ACCD terhadap persyaratan yang ditetapkan bank sentral.
"Pemberian fleksibilitas yang terbatas dengan aturan tertentu maka kemudian supaya rupiah tidak disalahgunakan, kita perlu ada mekanisme pengawasan monitoring elemen," ujarnya.
Selanjutnya fitur ketiga adalah kemampuan dalam mengelola dan memastikan transaksi local currency ini tidak disalahgunakan. Yang mana transaksi itu dilakukan atau difasilitasi oleh bank-bank yang sudah Bank Indonesia tunjuk.
"Tentu kemampuan kita memonitor mengawasi menjadi berkurang makanya aspek ketiga adalah ada penunjukan bank-bank tertentu yang kita sebut appointed cross currency dealers yaitu bank yang ditunjuk baik itu di Indonesia maupun bank-bank yang ditunjuk di negara mitra kita untuk memfasilitasi transaksi local currency," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bank Dunia yang menyebut Indonesia harus bisa menyediakan lapangan kerja berkualitas agar bisa menjadi negara berpendapatan tinggi.
Baca SelengkapnyaLY ditangkap di rumahnya Perumahan Concerto, Pantai Indah Kapuk, Penjaringan pada Selasa (13/2) sore.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat yang ingin menukarkan uang melalui pelayanan tersebut harus membawa indentitas seperti kartu tanda penduduk (KTP).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BI menyediakan opsi layanan penukaran uang baru melalui Layanan Kas Keliling di lokasi-lokasi strategis.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia memberikan kemudahan bagi mereka yang ingin menukarkan uang pecahan baru.
Baca SelengkapnyaMencuci dan menyetrika akan mempercepat kerusakan uang.
Baca SelengkapnyaSelain kenyamanan bertransaksi, BCA juga dinilai memiliki kemampuan sumber daya manusia yang andal, yang selalu ditingkatkan melalui berbagai program.
Baca SelengkapnyaKemampuan fiskal negara masih relatif kuat. Rasio penerimaan pajak yang berada pada level 10,2 persen pada 2023 juga masih mungkin untuk didongkrak ke depan.
Baca SelengkapnyaTransaksi dalam mata uang asing melibatkan risiko nilai tukar.
Baca Selengkapnya