Ini dampak melemahnya nilai tukar Rupiah pada APBN
Merdeka.com - Nilai tukar Rupiah terus mengalami pelemahan. Bahkan, saat ini kura tengah Bank Indonesia (JISDOR) berada di Rp 15.133 per USD, sementara kemarin di 15.088 per USD.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara mengakui pelemahan nilai tukar Rupiah akan berdampak langsung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pihaknya juga terus memantau pergerakan nilai tukar ini.
"Kita memonitor Rupiah tentu karena ada beberapa konsekuensi, impact terhadap APBN," kata Suahasil saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (4/10).
Dia menjelaskan, pelemahan Rupiah bisa berdampak positif dan negatif terhadap APBN. Ketika Rupiah melemah, pendapatan negara jadi meningkat, namun otomatis pengeluaran pun ikut membengkak.
"Dampaknya terhadap APBN sudah sering disebutkan oleh bu menteri (Sri Mulyani) beberapa kali, yakni setiap Rupiah mengalami pelemahan, pendapatan menjadi meningkat, dan pengeluaran juga meningkat, tapi efek selanjutnya adalah pendapatan meningkat lebih tinggi dari pengeluaran," ujarnya.
Kendati demikian, dampak Rupiah yang melemah tentu saja tidak hanya kepada APBN. Namun hampir semua sektor ekonomi akan terkena imbasnya.
"Jadi kaitannya dengan anggaran, kita melihat impactnya tapi impactnya adalah manageble, tapi tentu dampak pelemahan Rupiah tidak hanya ke anggaran, tapi ke seluruh ekonomi secara keseluruhan."
Namun katanya, yang paling terdampak adalah sektor ekspor impor, di mana setiap transaksi yang dilakukan menggunakan mata uang dalam bentuk Dolar.
"Itu ada dampaknya terhadap ekspor, biasanya secara teoritis yang biasa di sebutkan jika Rupiah mengalami pelemahan maka ekspor kita akan lebih kompetitif. Tapi di saat yang sama impor juga akan semakin melebar. Nah saat impor barang modal semakin melebar maka itu artinya infrastruktur juga semakin meluas, jadi kita melihat dampak itu tapi kita meyakini BI mampu memanage stabilitas Rupiah," tutupnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Per 20 Februari 2024, nilai tukar Rupiah kembali menguat 0,77 persen secara poin to poin (ptp) setelah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen.
Baca SelengkapnyaMenyikapai Rupiah terus melemah, Kementerian Keuangan terus memperkuat koordinasi bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
Baca SelengkapnyaPerhitungan asumsi dolar dalam perhitungan biaya Bulog menggunakan asumsi dasar Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Adanya peningkatan alokasi uang tersebut sejalan dengan proyeksi peningkatan transaksi masyarakat selama hari raya Idul Fitri 2024.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaPerusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca SelengkapnyaPosisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca Selengkapnya