Hingga November 2015, BI catat Rupiah melemah 11 persen
Merdeka.com - Bank Indonesia mengatakan tekanan nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan rata-rata 11,05 persen pada November 2015. Hal ini dipicu karena ketidakpastian kenaikan suku bunga AS dan depresiasi Yuan.
"Pelemahan tersebut dipengaruhi sejumlah faktor eksternal, antara lain ketidakpastian timing dan besaran kenaikan suku bunga AS, kekhawatiran negosiasi fiskal Yunani serta Yuan yang terus terdepresiasi di tengah perekonomian Tiongkok yang masih melemah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara di kantornya, Jakarta, Kamis (17/12).
Dari sisi domestik, kata dia, tekanan terhadap Rupiah terkait dengan meningkatnya terhadap permintaan valas untuk pembayaran utang dan dividen secara musiman, serta kekhawatiran terhadap melambatnya ekonomi domestik.
Namun, pada Oktober dan November 2015, pergerakan rupiah cenderung menguat dan lebih stabil, seiring dengan sentimen positif terhadap emerging market akibat hasil FOMC the Fed yang sempat dovish dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia sejalan dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan Bank Indonesia.
"Ke depan kami terus menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya, sehingga dapat mendukung stabilitas makro ekonomi dan penyesuaian ekonomi ke arah yang lebih sehat dan berkesinambungan," pungkas dia.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Posisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaNilai tukar rupiah pada 2023 cenderung mengalami penguatan lebih besar dibanding negara di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kenaikan suku bunga acuan demi menguatkan stabilitas rupiah.
Baca SelengkapnyaUtang luar negeri pemerintah pada November 2023 sebesar USD 192,6 miliar atau tumbuh 6 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya tiga persen.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia saat ini justru mengalami perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Baca SelengkapnyaADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca Selengkapnya