Ekonomi China Diramal Melemah, Ini Dampaknya Bakal Terasa ke Indonesia
Merdeka.com - Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank) ADB memprediksikan pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) atau China tahun ini melemah dari proyeksi sebelumnya. China diramal tahun 2022 hanya akan tumbuh 3 persen dari sebelumnya akan tumbuh 3,3 persen.
"Perekonomian China diperkirakan akan tumbuh 3,0 persen tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar 3,3," kata Kepala Ekonom ADB, Albert Park dalam keterangan resmi yang diterima merdeka.com, Jakarta, Kamis (15/12).
ADB juga mengoreksi pertumbuhan Ekonomi China tahun depan menjadi tumbuh 4,3 persen. Lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di angka 4,5 persen.
"Proyeksi untuk tahun depan diturunkan menjadi 4,3 persen dari sebelumnya 4,5 persen akibat perlambatan global," kata dia.
Harus diakui, melemahnya pertumbuhan ekonomi di China bisa berdampak pada kondisi ekonomi di Indonesia. Sebab China menjadi negara tujuan utama kegiatan perdagangan Indonesia.
"Nah ini kembali kaitannya dengan trade opennes. China kan terbesar untuk kita sebagai mitra ekspor maupun impor. Jadi kalau guncangan di China terjadi," kata Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri saat ditemui usai Peluncuran Laporan Bank Dunia: Indonesia Economist Prospect (IEP) 2022 di Soehanna Hall, The Energy Building, Kawasan SCBD, Jakarta Pusat, Kamis (15/12).
Melemahnya perekonomian di China pun telah terasa dampaknya bagi Indonesia. Tercermin dari nilai ekspor Indonesia di bulan November yang turun 2,46 persen (mtm) yakni USD 24,12 miliar.
Strategi Disiapkan Pemerintah
Pemerintah pun telah menyadari hal tersebut sehingga tak tinggal diam. Sejumlah strategi dan proyeksi telah dipersiapkan. "Kita sudah menyiapkan untuk perkiraan proyeksi tahun depan akan seperti apa," kata dia.
Salah satunya dengan mencari pasar baru untuk menjual produk Indonesia. Pengalihan tujuan ekspor akan menyasar negara-negara yang ekonominya tetap tumbuh di tengah kondisi sekarang. Semisal India, Asia Selatan, Afrika hingga Timur Tengah.
"India, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, itu kan masih ada yang potensial untuk kita kompensasi dari terjadinya kemungkinan potensi pelemahan ekspor ke negara-negara tradisional tadi," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Artinya, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi dan angka inflasi relatif bagus dan rendah.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca SelengkapnyaProyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaEkonomi Indonesia Diprediksi Meroket Usai Pemilu, Begini Data Bank Indonesia
Baca SelengkapnyaTerdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca Selengkapnyapenyelenggaraan pesta demokrasi memberi dampak positif terhadap perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaPadahal ekonom memprediksi angka PDB Jepang kali ini jauh di bawah perkiraan median pertumbuhan sebesar 1,4 persen.
Baca Selengkapnya