Dua kilang Pertamina disiapkan jadi komplek industri petrokimia RI
Merdeka.com - Pengoperasian Kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur dan Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Cilacap, Jawa Tengah yang dikelola oleh PT Pertamina (Persero) dinilai berdampak signifikan bagi perekonomian nasional karena dua tempat tersebut ke depan akan menjadi kompleks industri petrokimia terbesar di Tanah Air. Selain memasok kebutuhan industri dasar dan juga mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM, pengoperasian dua kilang pengolahan tersebut juga akan mengurangi penggunaan devisa.
"Secara keseluruhan tentunya dengan beroperasi kedua kilang tersebut negara diuntungkan," ujar Staf Pengajar Geoekonomi Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Dirgo Purbo di Jakarta, Selasa (12/7).
Kilang TPPI akan menjadi kompleks industri petrokimia. Potensi kawasan itu menjadi pusat pengembangan petrokimia sangat besar karena Kilang TPPI tak hanya mampu memproduksi Premium, Solar, LPG dan HOMC 92 juga dapat menghasilkan aromatik. Bahan-bahan turunan dimaksud antara lain, petrochemical, seperti Paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional.
"Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, jangan berhenti," kata Dirgo.
Sedangkan, RFCC Cilacap bakal memproduksi bahan bakar minyak juga memproduksi petrokimia dengan peningkatan menonjol pada produksi paraxylene dari 280.000 barel per hari menjadi 485.000 barel per hari. RFCC Cilacap juga mengembangkan pabrik produksi polypropylene baru untuk menaikkan produksi polypropylene menjadi 153.000 kilo ton per tahun. Proyek ini ditargetkan tuntas dan beroperasi pada 2021.
Berdasarkan data Pertamina, pengoperasian RFCC Cilacap dan Kilang TPPI membuat impor premium turun sekitar 30 persen hingga 42 persen dan pengurangan impor minyak diesel/solar sebanyak 44 persen. Unit RFCC mengolah feed stock berupa LSWR sebanyak 62.000 barel per hari (bph) menjadi produk bernilai tinggi, yaitu HOMC 37.000 bph. Dari produksi HOMC tersebut, sebagian besarnya diproses lebih lanjut untuk diproduksikan menjadi premium sehingga produksi premium dari kilang Cilacap naik dari 61.000 bph menjadi 91.000 bph.
Sementara itu, kilang TPPI dapat mengolah sekitar 100.000 barel per hari kondensat dan naphta. Dari pengolahan bahan baku dengan mogas mode akan diperoleh beberapa produk minyak, seperti LPG, Solar, Fuel Oil, Premium, dan HOMC. TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 bph premium, 10.000 bph HOMC, dan 11.500 bph solar.
Seiring pengoperasian RFCC Cilacap dan TPPI, sejak Mei 2016 Pertamina sudah tidak mengimpor solar, bahkan sudah surplus karena produksi nasional sudah mencapai 51 juta barel. Dan 2023 akan terjadi swasembada BBM karena produksi kilang mencapai dua juta barel per hari.
Dirgo mengatakan kunci untuk menunjang swasembada BBM adalah meningkatkan produksi minyak mentah di dalam negeri dan jika memungkinkan meningkatkan program 'farm in' ladang-ladang minyak yang beroperasi di Indonesia. "Juga di kawasan Timur Tengah seperti Irak, Iran dan Kuwait yang mempunyai kualitas minyak light crude," jelasnya.
Direktur Eksekutif Energi Watch Indonesia Ferdinand Hutahean, mengatakan untuk menuju swasembada BBM pada 2023 bukan hal mudah jika tidak dilakukan upaya yang kompeherensif. Paling utama yang harus dilakukan adalah pembangunan kilang minyak hingga mencapai kapasitas minimal dua juta barel perhari, meningkatkan bauran energi dengan bioenergi serta substitusi energi.
"Untuk mengoptimalkan kilang kita tidak hanya bisa berpangku pada minyak mentah lokal. Masalahnya juga belum tentu minyak mentah kita cocok spek-nya diolah dikilang yang ada. Jadi tetap harus ada kerja sama jangka panjang dengan produsen minyak dari luar," ungkap Ferdinand.
Pengoperasian RFCC Cilacap dan TPPI, lanjut Ferdinand, akan mengurangi impor BBM nasional cukup signifikan. Dengan mengurangi angka impor nasional akan berpengaruh terhadap neraca perdagangan dan berpengaruh terhadap penggunaan valuta asing yang selama ini digunakan untuk impor BBM.
"Selain pengurangan angka impor, pengoperasian RFCC Cilacap dan TPPI juga akan meningkatnya daya tahan energi nasional serta pertumbuhan industri dasar di Tanah Air," pungkasnya.
(mdk/sau)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu disampaikan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat kunjungan ke proyek RDMP Balikpapan.
Baca SelengkapnyaTersambungnya unit kilang tersebut akan menjadi tonggak bersejarah Kilang Balikpapan.
Baca SelengkapnyaPenemuan sumber migas baru di Tambun, Bekasi ditajak pada 18 Agustus 2023 lalu.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Nicke Widyawati memastikan kesiapan dan ketersediaan pasokan bahan bakar Avtur.
Baca SelengkapnyaPenyaluran tertinggi dana PUMK diberikan kepada 950 UMKM di Jawa Tengah sebesar Rp27,7 miliar, disusul Jawa Barat Rp20,1 miliar.
Baca SelengkapnyaWamen BUMN juga menjelaskan, produksi migas hulu Pertamina saat ini telah mencapai lebih dari 1 juta barrel per hari.
Baca SelengkapnyaPeninjauan langsung ini dilakukan untuk memastikan pasokan energi tercukupi dan seluruh persiapannya dilaksanakan dengan baik.
Baca SelengkapnyaPHE hingga Juni 2023 mencatatkan produksi minyak sebesar 570 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2757 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca SelengkapnyaAngka capaian ini juga mencatatkan peningkatan produksi minyak sebesar 27,22 persen dari 2021 atau 10,12 persen dari 2022.
Baca Selengkapnya