BI Masih Punya Peluang Turunkan Suku Bunga Tekan Pelemahan Ekonomi
Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) terus melakukan upaya stabilisasi nilai tukar Rupiah sejak merebaknya virus corona. Pada saat yang sama, BI juga terus mencegah pemburukan ekonomi lebih lanjut sebagai dampak covid-19.
Akhir Maret yang lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Maret 2020 sebesar 0,10 persen mom yang membuat inflasi tahunan menjadi 2,96 persen yoy dan tahun kalender sebesar 0,76 persen ytd.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo membenarkan hal tersebut dengan menyimpulkan bahwa inflasi rendah dan relatif aman, meski memang ada risiko penurunan pertumbuhan ekonomi.
Dengan situasi demikian, Perry membeberkan bahwa dari sisi kebijakan suku bunga sebetulnya masih ada ruang, namun BI enggan untuk mengambil langkah tersebut sebagai upaya menekan perburukan ekonomi.
"Kalau dari sisi kebijakan suku bunga, memang masih ada ruang untuk penurunan suku bunga. Tapi masalahnya, apakah kita ingin menggunakannya,"
"Di sinilah saya sampaikan, Bank Indonesia akan sangat hati-hati karena pertimbangan stabilitas nilai Rupiah, karena kondisi keuangan pasar global itu masih mengandung ketidakpastian yang tinggi. Dan karena itu, prioritas sekarang adalah stabilitas eksternal," lanjutnya menjelaskan.
Perry menambahkan, yang menjadi prioritas saat ini adalah stabilisasi nilai tukar Rupiah, meskipun BI memiliki ruang untuk penurunan suku bunga.
BI Cetak Uang Baru Redam Penyebaran Virus Corona
Bank Indonesia melakukan kebijakan karantina uang sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona lewat uang tunai. Uang yang disetorkan perbankan ke bank sentral segera dikarantina.
"Kami sudah melakukan karantina dari setiap setoran uang tunai perbankan, sudah kami lakukan karantina," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) virtual dengan Komisi XI DPR RI dan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Ketua OJK Wimboh Santoso dan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).
Sebagai gantinya, uang yang dikarantina tersebut digantikan dengan uang cetak baru. Langkah ini sudah dilakukan Bank Indonesia sejak munculnya kasus penyebaran Covid-19 di China dan Jepang.
"Ini bekerja sama dengan perbankan untuk pembayaran," lanjut Perry.
Untuk itu Perry meyakinkan persediaan uang tunai saat ini sudah cukup. Bisa digunakan sampai 6 bulan ke depan. Tak hanya itu, Bank Indonesia juga bekerja sama dengan asosiasi untuk memberikan front loading dengan perbankan dengan mesin ATM yang diperbesar volume atau tingkatnya. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Reporter: Pipit
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaHal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaKeputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kinerja Rupiah yang masih baik tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan surplus neraca perdagangan barang.
Baca Selengkapnyakebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaSaat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaKeduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga dinilai upaya Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi.
Baca SelengkapnyaKondisi ini yang menjadi kunci utama stabilitas ekonomi menjelang pencairan THR
Baca Selengkapnya