Asosiasi Ramal Masih Ada Penutupan Toko Ritel di 2020
Merdeka.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memprediksi sejumlah ritel masih akan melakukan sejumlah penyesuaian bisnis model hingga tahun depan. Oleh karena itu, aksi penutupan toko atau relokasi karena efisiensi kemungkinan masih akan berlanjut.
"Masih akan ada pengaturan-pengaturan, efisiensi. Jadi penutupan toko itu lebih kepada efisiensi karena mengikuti perubahan anomali yang sedang dilakukan perusahaan ritel itu, relokasi dan sebagainya," kata Ketua Umum Aprindo, Roy Mandey di Jakarta, Rabu (4/12).
Roy menuturkan, anomali bisnis masih terjadi di sektor tersebut sehingga hampir semua perusahaan ritel, terutama anggota Aprindo, tengah melakukan daur ulang bisnis mereka agar bisa mengikuti perkembangan zaman.
Akibat anomali ini, Roy mengaku pertumbuhan bisnis ritel pun mengalami perlambatan menjadi hanya sekitar 5,07 persen tahun ini, jauh di bawah level yang seharusnya bisa mencapai 12-14 persen.
"Dengan pengaturan-pengaturan bisnis model atau juga menjadikan toko ritel ukurannya jadi lebih kecil, pemilihan produk yang sesuai kemauan konsumen, itu semua bagian dari anomali itu," katanya.
Konsumsi Melambat
Roy menuturkan pertumbuhan bisnis ritel yang rendah itu berasal dari perlambatan konsumsi, bukan daya beli. Dia menilai masyarakat masih memiliki daya beli tinggi, terlebih jika dilihat dari masih ramainya pusat perbelanjaan atau kuliner.
"Masyarakat masih punya uang, membelanjakan uang masih kuat, tapi mereka memindahkan uang yang tadinya untuk berbelanja ke kuliner, gaya hidup atau leisure (hiburan)," katanya.
Roy berharap, momentum libur akhir tahun, yakni Natal dan Tahun Baru akan dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan bisnis ritel. Peritel juga akan memanfaatkan momentum tersebut dengan memberikan penawaran berupa diskon agar animo belanja masyarakat bisa ditingkatkan.
"Natal dan Tahun Baru itu biasanya berkontribusi sekitar 35-40 persen dari target kami, karena akhir tahun identik dengan bonus tahunan, liburan, kumpul keluarga jadi tentu ada peningkatan konsumsi. Kita akan maksimalkan (momentum) ini," katanya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengusaha Ritel: Harga Beras, Gula dan Minyak Goreng Sudah Mahal dari Produsen
Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Baca SelengkapnyaRitel Modern Batasi Pembelian Beras, Dirut Bulog Bilang Begini
Sejumlah ritel modern melarang pelanggan membeli beras kemasan 5kg lebih dari 2 per harinya.
Baca SelengkapnyaBeras Mahal dan Langka, Bulog Klaim Sudah Salurkan Stok ke Pasar hingga Ritel Modern Sebanyak 226 Ribu Ton
Khusus di bulan Februari, Bulog sudah mengeluarkan 60 ribu ton beras.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaJual Rokok Ketengan Bakal Dilarang, Apindo: Timbulkan Kegelisahan di Industri Tembakau
Sejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca SelengkapnyaVIDEO: Luhut Kenang Rizal Ramli Sering Berdebat Kencang Dibumbui Kata-Kata Aneh
Ekonom Rizal Ramli tutup usia saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Selasa 2 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaStok Beras Kosong di Ritel Modern, Pengusaha Ungkap Biang Keroknya
Kenaikan harga beras bisa ‘menular' atau merambat ke berbagai komoditi bahan pokok penting lainnya.
Baca SelengkapnyaPengusaha Protes Pembatasan Impor Ancam Industri Ritel di Indonesia
Pemerintah berencana melakukan pembatasan barang impor.
Baca SelengkapnyaIndustri Penerbangan RI Mulai Pulih Usai Terseok-seok Saat Pandemi Covid-19
Setelah melewati tantangan sejak 2019 hingga 2022 lalu, industri penerbangan nasional mulai menunjukkan momentum bangkit di 2023.
Baca Selengkapnya