Ambil peluang perang dagang AS - China, Indonesia siap rebut pasar tekstil
Merdeka.com - Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita membeberkan hasil kunjungan kerjanya selama beberapa hari ke Amerika Serikat (AS). Salah satu yang dibahas adalah mengenai perdagangan tekstil.
Dengan adanya trade war atau perang dagang antara AS dan China, otomatis Indonesia memiliki peluang merebut pasar tekstil China yang selama ini diimpor ke AS.
"Market share Indonesia ke AS hanya 4,5 persen sementara impor tekstil dan garment AS dari China 26 persen. Nah dengan peningkatan tarif antara kedua negara itu, kita minta market ekspor kita diprioritaskan karena harga pasti lebih murah," kata Mendag Enggar di kantornya, Senin (6/8).
Untuk memuluskan rayuan tersebut, Mendag Enggar menyebutkan Indonesia siap menyerap cotton asal AS untuk dijadikan bahan baku tekstil. Karena selama ini pun impor cotton banyak berasal dari AS.
"Kita akan absorb cotton mereka karena memang kita impor dari sana," ujarnya.
Selain itu, Mendag Enggar juga mengungkapkan bahwa para pengusaha AS banyak yang memuji kualitas tekstil asal Indonesia. "Pengusaha sanapun mengakui kualitas kita tidak kalah."
Selain itu, Mendag Enggar juga mengaku telah memberikan beberapa penawaran menarik lainnya.
"Dalam bisnis forum kita sampaikan sikap-sikap Indonesia, kedatangan kami ke AS untuk menyerap berbagai produk yang mereka alami kesulitan. Tapi sebaliknya, tolong serap produk-produk Indonesia yang mereka alami kesulitan dengan harga naik dari China."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain produsen teknologi dan mesin, Indo Intertex juga menjadi ajang kumpul para fesyen designer dan brand-brand fesyen ternama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMenteri Zulhas mengaku senang aktivitas perdagangan di pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara tersebut kembali ramai.
Baca SelengkapnyaAdapun perhitungan ini didapatnya setelah berkaca dari China, yang butuh waktu 40 tahun untuk jadi negara dengan kekuatan ekonomi besar dunia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saat ini investor cenderung memperhatikan arah kebijakan, kemungkinan perubahan-perubahan di sisi pemerintah yang akan mempengaruhi bisnis.
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaEksportir dan pedagang di pameran perdagangan besar China mengeluhkan sepinya pembeli akibat ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo Terima Kunjungan Menlu China Bahas Kerja Sama Pertahanan
Baca SelengkapnyaJjumlah penduduk China berkurang 850.000 orang menjadi sekitar 1.411,75 juta pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaDaging sapi di pasaran langka hingga sebabkan kenaikan harga, hal ini jadi biang keladinya.
Baca Selengkapnya