Alasan Bisnis Pusat Perbelanjaan Tak Lekang oleh Zaman
Merdeka.com - Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja mengatakan, bisnis pusat perbelanjaan masih memiliki masa depan yang cerah setelah pandemi Covid-19 bisa tertangani. Sebab naluri manusia sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi.
"Pengunjung atau pelanggan itu punya naluri sebagai makhluk sosial dan berinteraksi," kata Alphonzus saat diskusi dengan media secara daring, Jakarta, Kamis (22/7).
Alphon menjelaskan berbagai pelanggaran protokol kesehatan terjadi karena masyarakat yang berkerumun. Bersosialisasi dan berinteraksi antar sesamanya. Hal ini menunjukkan pandemi Covid-19 yang telah berlangsung satu tahun lebih tidak akan menghilangkan naluri manusia sebagai makhluk sosial.
"Ada banyak pelanggaran protokol dan sebagainya karena naluri manusia ingin interaksi langsung sementara kehidupan sekarang tidak wajar. Meski ada interaksi virtual, tapi manusia begitu bosan semuanya serba online," tuturnya.
Maka dari itu, Alphon optimistis bisnis pusat perbelanjaan atau mal masih akan cerah di masa depan. Hanya saja memang pengusaha harus bisa menyesuaikan dengan keadaan. Sebab semakin berjalannya waktu, masyarakat datang ke mal tidak hanya untuk berbelanja. Melainkan untuk melakukan kegiatan sosialnya.
Tren ini, kata dia, sudah lama terjadi. Bahkan sejak sebelum adanya wabah virus corona. Namun dengan adanya pandemi ini, membuat perubahan tren tersebut menjadi semakin nyata adanya.
"Fungsi belanja pusat perbelanjaan bukan yang utama nantinya, karena sebelum covid sudah terjadi lama. Pelanggan perlu lebih dari itu dan sebagai lifestyle," katanya.
Bisnis Mal Tidak Terpengaruh Tren Belanja Online
Selain itu, Alphon menegaskan bisnis pusat perbelanjaan atau mal juga tidak akan terpengaruh dengan tren transaksi jual beli-online, baik lewat platform e-commerce maupun media sosial. Sebab tidak semua kegiatan di mal bisa langsung tergantikan dengan kehadiran belanja di e-commerce.
"Menurut saya tidak mengancam karena pusat perbelanjaan adalah offline. Kalau marketplace adalah online. Jadi tidak bisa pusat perbelanjaan melawan e-commerce karena memang DNA-nya beda," kata dia.
Alphon mengatakan saat ini para pengusaha mall juga mulai melakukan digitalisasi pelayanan yang makin membuat pengunjung lebih nyaman. Misalnya layanan parkir kendaraan, sistem pembayaran di toko-toko ritel sudah mulai mengadopsi digitalisasi. Ini semakin meyakinkan bila masa depan mall masih tetap cerah.
"Singkatnya, menurut saya masih sangat berprospek," kata dia mengakhiri.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaPrabowo menilai, dukungan terhadap keberlangsungan bisnis sektor swasta akan mendorong aliran modal masuk ke Indonesia lebih tinggi lagi.
Baca SelengkapnyaIa memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Diharapkan, dana yang terkumpul nantinya dialokasikan pula untuk kegiatan yang dampaknya dirasakan langsung oleh wisatawan.
Baca SelengkapnyaPadahal, banyak jenis usaha atau bisnis yang bisa dikembangkan karena memiliki sumber daya yang luar biasa.
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia diajak dan diingatkan untuk konsisten dan bijaksana dalam membuat Keputusan investasi.
Baca SelengkapnyaLokasi ini merupakan kampanye yang kedelapan sejak dimulainya Kampanye Akbar, pada 21 Januari 2024.
Baca SelengkapnyaIa memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca Selengkapnya