Alasan BCA tak ingin berpartisipasi biayai Inalum beli saham divestasi Freeport
Merdeka.com - Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengaku pihaknya belum tertarik untuk ikut serta dalam menyediakan modal bagi PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dalam rangka mengakuisisi saham divestasi PT Freeport. Dia menjelaskan, ada beberapa alasan yang mendasari.
Salah satunya adalah besaran bunga yang tidak bisa menyaingi milik perbankan asing. "Belumlah, kita belum. Kan kalau kita lihat komentar dari bank pemerintah (Bank BUMN) juga bunganya terlalu kompetitif. Kita tidak bisa bersaing dengan bank asing lah," kata Jahja saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (26/7).
Selain itu, Jahja menegaskan pihaknya juga tidak tertarik menggelontorkan dana dalam bentuk Dolar dalam jumlah besar. "Dan kita tidak berminat kasih financing dana Dolar. Kalau dibutuhkan Rupiah mungkin kita bisa bersaing tapi kalau sudah Dolar, repot kita, tidak mau. Kita menjaga portofolio Dolar kita jangan terlampau besar."
Sebelumnya, Head of Corporate Communications PT Inalum, Rendi Achmad Witular membeberkan alasan perseroan memilih bank asing sebagai pendanaan pembelian divestasi saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Hal itu dilakukan demi menghindari terjadinya fluktuasi Rupiah, yang bisa saja terjadi bila pendanaan dilakukan oleh perbankan nasional.
"Terkait pendanaan semua akan dibiayai oleh bank asing. Karena kalau pendanaan dari bank lokal, ada kemungkinan mempengaruhi fluktuasi Rupiah. Dan kami tidak mau hal itu," tuturnya.
Rendi mengatakan, transaksi yang dilakukan dalam bentuk Dolar AS (USD) merupakan saran pemerintah sebagai pihak regulator. Sebab, pendapatan Inalum dan PTFI sendiri dalam bentuk Dolar.
"Jadi memang regulator menyarankan agar asal pendanaan dipilih bank asing agar tidak mengganggu nilai Rupiah. Dan lebih dari itu, pendanaan dari bank asing ini sekaligus untuk memberikan optimisme bahwa potensi bisnis yang terkait dengan tambang Grasberg sangat besar. Sehingga tidak mungkin bank asing mau masuk kalau tidak potensial," kata Rendi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaPertamina tidak menaikkan harga BBM meski harga minyak dunia merangkak naik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat melemah.
Baca SelengkapnyaIndonesia mendominasi saham Freeport, pekerja lokal terus bertambah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Selain kenyamanan bertransaksi, BCA juga dinilai memiliki kemampuan sumber daya manusia yang andal, yang selalu ditingkatkan melalui berbagai program.
Baca SelengkapnyaPenemuan ini memiliki dampak besar terhadap pemahaman evolusi dan distribusi spesies badak di Asia.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaKenaikan laba ditopang pertumbuhan kredit yang berkualitas, peningkatan volume transaksi dan pendanaan, serta perluasan basis nasabah.
Baca SelengkapnyaSelain negara di Afrika, pemerintah juga menjajaki peluang impor minyak dari negara di kawasan Amerika Latin.
Baca SelengkapnyaJawabannya masih sama yaitu masih fokus mengurus perindustrian.
Baca Selengkapnya