4 Tameng VIVA saat digoyang isu rugi Piala Dunia & saham anjlok
Merdeka.com - Beberapa hari terakhir, awan gelap tengah menaungi bisnis PT Visi Media Asia Tbk ( VIVA ). Harga saham VIVA anjlok, persis sehari setelah pemungutan suara pemilihan presiden (pilpres).
Pada perdagangan Kamis (10/7), saham VIVA turun paling dalam 6,72 persen menjadi Rp 250 saat penutupan perdagangan. Sedangkan pada perdagangan Jumat (11/7), saham VIVA masih terperosok, turun 6,40 persen atau 16 poin pada level Rp 234.
Di awal pekan, kondisinya tidak berubah. Saham milik Bakrie Grup ini masih bertahan di zona merah. Pada penutupan sesi I harga saham VIVA turun 3 poin atau 1,28 persen ke level 231. Analis melihat, anjloknya saham VIVA tidak lepas dari tayangan di tvOne, terkait hasil hitung cepat 4 lembaga survei yang menyatakan keunggulan pasangan Prabowo - Hatta Rajasa . Padahal, tujuh lembaga survei lainnya kompak melansir data keunggulan pasangan Jokowi - JK .
Otoritas bursa tidak menampiknya. Direktur utama PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengakui adanya sentimen dari investor atas tayangan hasil quick count di televisi grup VIVA yang melansir data dari 4 lembaga survei yang dicap tidak kredibel. Investor lebih memercayai lembaga survei yang kredibel.
Tidak sampai di situ, VIVA kembali diguncang kabar tidak sedap. Kemeriahan Piala Dunia dikabarkan tidak menghasilkan pundi-pundi keuntungan bagi grup VIVA . Malah sebaliknya, perusahaan milik Bakrie ini disebut-sebut mengalami kerugian cukup besar karena minimnya iklan yang masuk ke kas perusahaan. Untuk mendapat hak siar, VIVA harus menggelontorkan dana lebih dari Rp 600 miliar. Persoalannya, besarnya dana yang dikeluarkan untuk mendapat lisensi Piala Dunia tidak berbanding lurus dengan dana yang diperoleh dari iklan. Hal itu diungkapkan analis PT Investa Sarana Mandiri, Kiswoyo Adi Joe.
"Lisensi World Cup dari FIFA kan Rp 600 miliar sedangkan iklan yang masuk kurang dari Rp 100 miliar. Coba lihat iklan Piala Dunia sedikit, kemarin Erick Thohir bilang sudah menutupi iklan, tapi dilihat iklanya tidak sampai Rp 600 miliar, belum lagi dilihat dari rate waktunya cuma berapa menit saja," ujarnya.
Dia menyebutkan, minimnya kontribusi iklan sangat terlihat. Terutama jika dibandingkan dengan gelaran yang sama empat tahun lalu. "Coba bandingkan Piala Dunia 4 tahun lalui di televisi lain," jelas dia.
VIVA angkat bicara. Sekretaris Perusahaan Visi Media Asia, Neil Tobing menuturkan, penurunan saham merupakan hal yang biasa dalam perdagangan di lantai bursa. "Kalau pergerakan harga saham, itu kan mekanisme pasar, " katanya.
Dia mengatakan saat ini, perseroan lebih fokus untuk peningkatan fundamental VIVA . Bahkan dia mengklaim stasiun televisi milik VIVA sudah punya tempat di hati masyarakat.
"tvOne tertinggi ratingnya di industri mengalahkan tv entertainment. Kemarin juga begitu walaupun sedikit mengulas pilres. Masyarakat kita sudah pintar memilah apa yang mereka tonton," ujarnya.
Merdeka.com mencatat pembelaan-pembelaan lain dari VIVA ketika dihantam kondisi anjloknya harga saham dan kabar kerugian besar saat menyiarkan Piala Dunia. Berikut paparannya.
Jangan percaya analis
Selain anjloknya harga saham, perseroan juga tengah diguncang isu yang menyebut bahwa VIVA harus menelan kerugian besar dalam penyiaran Piala Dunia. Analis PT Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menuturkan, VIVA harus menelan kenyataan pahit mengalami kerugian. Namun, kata dia, mantan CEO VIVA Eric Thohir menampik kabar tersebut.
"Lisensi World Cup dari FIFA kan Rp 600 miliar sedangkan iklan yang masuk kurang dari Rp 100 miliar. Coba lihat iklan Piala Dunia sedikit, kemarin Erick Thohir bilang sudah menutupi iklan, tapi dilihat iklanya tidak sampai Rp 600 miliar, belum lagi dilihat dari rate waktunya cuma berapa menit saja," ujarnya.
Pihak VIVA menepis hal itu sekaligus mengatakan bahwa kabar dari analis tidak benar. "Jangan percaya sama analis," ujar Sekretaris perusahaan Neil Tobing kepada merdeka.com, Senin (14/7).
Janji paparkan laporan ke publik
Untuk menepis kabar yang mengguncang VIVA, Sekretaris perusahaan Neil Tobing hanya mengatakan bahwa fundamental VIVA sangat baik. Menurutnya, itu bisa terlihat dari sisi pertumbuhan pendapatan, rating dan audience shares dari unit usahanya.
Pihaknya akan memaparkan ke publik mengenai kesehatan keuangan perusahaan. "Minggu depan kita akan laporkan kinerja kuartal kedua ke Bursa," ujar Neil.
Ada spekulasi bikin saham anjlok
Harga saham PT. Visi Media Asia Tbk (Viva) di perdagangan hari ini, Senin (14/7) masih terjerembab di zona merah. Tercatat, hingga penutupan sesi I siang ini, harga saham perusahaan milik Grup Bakrie ini turun 3 poin atau 1,28 persen ke level 231,00.
Terkait anjloknya harga saham VIVA, Sekretaris perusahaan Neil Tobing mengatakan, pergerakan harga saham di lantai bursa tidak dapat dikontrol oleh manajemen perusahaan. Naik turun harga saham sepenuhnya berada pada mekanisme pasar.
"Ada yang spekulasi dan sebagainya, baiknya Anda lihat materi public expose VIVA," singkatnya.
Fundamental perusahaan baik
Pada perdagangan Kamis (10/7), saham VIVA turun paling dalam 6,72 persen menjadi Rp 250 pada penutupan perdagangan. Sedangkan pada perdagangan Jumat (11/7), saham VIVA masih terperosok, turun 6,40 persen atau 16 poin pada level Rp 234.
Harga saham PT. Visi Media Asia Tbk (Viva) di perdagangan hari ini, Senin (14/7) masih terjerembab di zona merah. Tercatat, hingga penutupan sesi I siang ini, harga saham perusahaan milik Grup Bakrie ini turun 3 poin atau 1,28 persen ke level 231,00.
Sekretaris perusahaan Neil Tobing hanya mengatakan bahwa fundamental VIVA sangat baik.
"Tidak ada perusahaan media yang pertumbuhannya lebih baik dari VIVA," tegasnya.
"Justru pada saat ini kinerja VIVA sangat solid dan manajemen optimis akan mampu menjaga tren pertumbuhan bisnis yang telah berlangsung selama tiga tahun terakhir. Secara fundamental kinerja VIVA terus tumbuh secara solid dan berkelanjutan. Oleh karena itu fluktuasi harga saham perseroan di bursa saham tidak mencerminkan kondisi riil VIVA," jelasnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
15 Pasar Jalanan Tertua di Dunia, Ada yang Sudah Berdiri Ribuan Tahun Lalu
Banyak sekali pasar jalanan di seluruh penjuru dunia yang sudah berdiri sejak ribuan tahun lalu. Yuk, simak pasar jalanan apa saja yang paling tua di dunia!
Baca SelengkapnyaTambah Lagi Perusahaan Melantai di Bursa Saham, FOLK Raup Dana Segar Rp57 Miliar dari IPO
Dalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak 570 juta saham biasa atau setara 14,44 persen.
Baca SelengkapnyaDagangan Tak Laku Sama Sekali, Pasangan Paruh Baya Ini Menangis Haru saat Ada Pembeli Borong Jualannya
Setiap orang memiliki besaran rezekinya masing-masing.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
63 Perusahaan Melantai di Bursa Saham Sepanjang 2023, Raup Dana Rp49 Triliun dari IPO
Sampai dengan saat ini telah terdapat 887 perusahaan tercatat di pasar modal Indonesia, dengan 28 perusahaan dalam pipeline atau antrean pencatatan saham.
Baca SelengkapnyaBulog Beri Sinyal Harga Beras Bakal Turun Jelang Lebaran, Ini Faktor Pemicunya
Sejumlah wilayah sentra produksi kini telah memasuki musim panen raya.
Baca SelengkapnyaDirut Bulog Cek Stok Beras di Pasar Johar Karawang, Pasokan Sudah Mendekati Normal
Tambahan pasokan dari beras SPHP sebesar 300 ton perhari membuat pasokan beras di Karawang sudah mendekati pasokan normal.
Baca SelengkapnyaDunia Memang Keras, Anak Usia 13 Tahun Jualan Bakso Keliling Dapat Komisi Segini Jika Dagangannya Habis
Rela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca SelengkapnyaCurhat Pedagang: Harga Beras Bertahan Mahal Jelang Bulan Puasa, Pelanggan Terus Berkurang
Kenaikan harga beras medium disebabkan oleh stok kiriman beras menipis.
Baca SelengkapnyaPasca Pembangunan IKN Nusantara, Rp300 Triliun Aset Pemerintah di Jakarta Dilelang ke Swasta
Pemerintah pusat akan meninggalkan sejumlah aset barang milik negara (BMN) senilai Rp 1.640 triliun di DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya