Potret Dua Polisi Meninggal Dunia saat Rusuh Suporter di Stadion Kanjuruhan
Merdeka.com - Dua anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) ikut menjadi korban dalam tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur, Sabtu malam. Mereka adalah Briptu Fajar Yoyok Pujiono dan Bripka Andik Purwanto.
Briptu Fajar merupakan anggota dari Polsek Dongko, Trenggalek. Sementara Bripka Andik merupakan personel Polsek Sumbergempol, Tulungagung. Keduanya menjadi korban saat ikut melakukan tugas pengamanan di stadion selama laga berlangsung. Simak ulasan selengkapnya:
Dua Polisi Jadi Korban Tewas
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Dimana kerusuhan terjadi? Prada Triwandi berani mengamankan masyarakat saat terjadi kerusuhan di wilayah Sentani, Kabupaten Jayapura.
-
Di mana kerusuhan terjadi? Kerusuhan anti-Yahudi terjadi pada 7–8 Juni 1948, di kota Oujda dan Jerada, di protektorat Prancis di Maroko sebagai tanggapan terhadap Perang Arab-Israel tahun 1948 yang diikuti dengan deklarasi berdirinya Negara Israel pada tanggal 14 Mei.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Kenapa petugas pemilu di Klaten meninggal? Camat Gantiwarno Retno Setyaningsih mengatakan, beberapa hari sebelumnya ia sempat mengeluh sakit. Walau begitu pada hari pemungutan suara, Dewi berada dalam kondisi fit. 'Tapi kan KPPS banyak kerjaannya. Mungkin capek. Beliau punya Riwayat penyakit gula,' kata Retno dikutip dari ANTARA pada Kamis (15/2).
Kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10) malam membuat setidaknya 125 orang dilaporkan meninggal dunia. Dua dari ratusan korban yang tewas itu ialah Bripka Andik dan Briptu Fajar.
Kerusuhan sendiri pecah setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya usai. Arema FC yang kalah di kandang sendiri memicu suporter turun ke lapangan.
Kemudian, petugas keamanan yang kaget melihat massa turun pun bereaksi dan berusaha menenangkan suporter dengan menembakkan gas air mata. Dari situlah situasi semakin tidak kodusif hingga menyebabkan ratusan nyawa melayang.
Potret Polisi yang Jadi Korban
Melansir dari unggahan di Instagram @divisihumaspolri, membagikan foto ucapan belasungkawa atas meninggalnya dua anggota polisi dalam tragedi kerusuhan di Kanjuruhan.
Instagram/@divisihumaspolri ©2022 Merdeka.com
"Kepolisian Negara Republik Indonesia Mengucapkan turut berduka cita atas gugurnya*BRIPKA ANDIK PURWANTO* Personel Polres Tulungagung Polda Jatim & *BRIPTU FAJAR YOYOK PUJIONO* Personel Polres Trenggalek Polda Jatim. Semoga Almarhum Mendapatkan Tempat Terindah di Sisi Tuhan Yang Maha Esa," tulis keterangan unggahan.
Kericuhan di Stadion
Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan, memutakhirkan data terbaru soal korban tewas dalam tragedi kericuhan di Kanjuruhan. Jumlah korban per tanggal 2 Oktober 2022 malam, dilaporkan sebanyak 125 orang meninggal dunia. Sementara lebih dari 300 orang mengalami luka-luka dan mendapatkan perawatan di rumah sakit. "Update data terakhir yang dilaporkan meninggal dunia 129, setelah ditelusuri di RS terkait menjadi meninggal dunia 125 orang," tutur Nyoman kepada wartawan, Minggu (2/10).Seluruh korban yang meninggal disebut sudah teridentifikasi seluruhnya. Menurut Nyoman, adanya selisih angka korban tewas lantaran kesalahan pencatatan di rumah sakit yang menangani para korban. Akibat dari kericuhan itu, pihak Polri pun disebut akan mendalami setiap unsur penyebab terjadinya tragedi tersebut. Termasuk juga soal penggunaan gas air mata dalam upaya pengendalian massa suporter Arema yang turun ke lapangan dari tribun penonton.
(mdk/khu)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaTawuran tersebut bermula dari saling tantang kedua kelompok.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tersebut terjadi di perkebunan kopi milik warga tepatnya Kelurahan Puguk Kecamatan Seluma Utara, Bengkulu
Baca SelengkapnyaDua polisi itu ditahan untuk menunggu proses sidang kode etik.
Baca SelengkapnyaDua demonstran terekam kamera melempar mobil dinas Satlantas Polrestabes Makassar. Akibat lemparan itu kaca mobil pecah dan Kasatlantas terluka.
Baca SelengkapnyaDua korban dianiaya orang tidak dikenal. Satu terluka satu lagi meninggal.
Baca SelengkapnyaPutu Kholis menegaskan keberpihakannya kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaViral prajurit TNI Bentrok dengan pengiring jenazah di Manado
Baca SelengkapnyaAkibat peristiwa itu, anggota Polres Jakpus mengalami luka robek pada bagian kepala.
Baca SelengkapnyaPomal Lantamal VI Makassar masih menahan Koptu SB yang terjerat kasus penembakan dua remaja. Sementara keluarga korban berharap tersangka pelaku dihukum berat.
Baca SelengkapnyaDua petugas Satpol PP Surabaya yang berniat membantu warga, justru babak belur diamuk oknum buruh
Baca Selengkapnya