Potret Desa Hanya Dihuni 4 Rumah, Terikat Pitutur Warisan
Merdeka.com - Sejumlah desa unik tersebar di tanah air. Hingga tak jarang dijadikan sebagai wisata atau dikunjungi orang karena keunikannya tersebut. Seperti desa satu ini.
Lantaran hanya dihuni oleh empat kepala keluarga. Tentu saja lokasinya tampak sepi dan akses tidak mudah. Tepatnya di Desa Condro, Karangsumber, Winong, Pati, Jawa Tengah.
Menurut pitutur warisan turun menurun, hanya boleh dihuni tujuh rumah. Sayangnya kini penduduknya mulai berkurang. Sehingga tinggal empat rumah saja.
Penasaran dengan kondisi pedesaannya? Simak ulasan berikut ini.
Hanya Dihuni 4 Rumah
Sesuai dengan pitutur warisan yang dijaga, wilayah Condro, sepatutnya hanya dihuni oleh tujuh keluarga atau rumah saja.
Sayangnya kini tinggal empat kepala keluarga saja yang setia bertahan, yakni Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, dan Mbah Paseman.
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
"Di sini ada empat rumah, dulu terkenal tujuh. Sekarang tinggal empat. Yang tiga dulu di kiri jalan itu sudah pindah," kata Mbah Giman seperti dilansir dari kanal YouTube Haris Horre.
"Ajeg pitu (bertahan tujuh)," ujarnya tertawa.
Empat kakek tersebut memang penghuni asli setempat. Tak ada ikatan saudara, sebatas tetangga desa.
"Ada Mbah Giman, Mbah Sani, Mbah Suntoro, Mbah Paseman. Sekedar tetangga, bukan saudara sedarah dari dulu," imbuhnya.
Alasan Pindah Karena Akses Susah
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
Sayangnya desa tersebut masih didominasi jalan setapak. Untuk kendaraan masuk wilayahnya pun hanya bisa diakses dengan sepeda motor.
Sehingga tiga keluarga sebelumnya memilih untuk pindah ke desa atau wilayah lain. Ditambah lagi, desa Condro dikelilingi persawahan dan perkebunan terbentang. Sehingga pemandangannya begitu asri nan sejuk.
"Podo pindah, amargi dereng diaspal (banyak yang pindah karena jalan belum diaspal)," ujar Mbah Giman.
Menurutnya, sebenarnya jika akses baik tentu mempermudah pembangunan dan aktivitas warga di sana.
"Kalau jalannya bagus, sebenarnya bisa. Cuma materialnya tidak bisa masuk, kurang lebar, untuk memuat pasir kan tidak kuat," imbuhnya.
Berharap Desanya Tetap Lestari
Mbah Giman sendiri saat ini hanya tinggal bersama istrinya. Keduanya bekerja sebagai petani untuk mencukupi kebutuhan. Untuk kegiatan kumpul kampung, orang-orang di Condro harus bergabung dengan desa lain.
"Pertama ngehuni Condro, sejak belum merdeka. Tidak ada Rt, jadi kalau kumpulan Rt gabung sama Karangmalang," jelas Mbah Giman.
"Anak saya kalau sudah punya pasangan, milih pergi sama pasangannya, ada yang ke Karangmalang, ada Malangan, Karang Bolong," tukas seorang bapak.
kanal YouTube Haris Horre ©2021 Merdeka.com
Mbah Giman berharap desa Condro akan tetap lestari. Kemudian ada pertambahan penduduk, meski tetap menjaga jumlah tujuh tadi.
"Semoga tetap lestari, tetap ada, tidak pindah semua. Condro itu tidak boleh dirusuhi orang, mboten dicandak uwong (tidak diambil orang). Itu motor pernah diambil orang, selang dua hari sudah balik lagi," pungkas Mbah Giman.
(mdk/kur)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Deretan rumah panggung khas pedesaan Sunda yang tertata rapi dengan nuansa cat bermacam-macam warna membuat takjub orang yang melihatnya.
Baca SelengkapnyaMeski sederhana, namun pemiliknya setiap hari dimanjakan dengan berbagai hal menakjubkan.
Baca SelengkapnyaPernah menjadi pelawak dengan bayaran tertinggi, rumah tempat Doyok dan keluarganya tinggal justru jauh dari kesan mewah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Inilah pemandangan rumah Isye Sumarni ketika dilihat dari depan. Yang menarik, rumah ini dikelilingi oleh kebun yang hijau dan asri.
Baca SelengkapnyaLala, pengasuh Rafathar, memiliki rumah yang begitu memukau di kampung halamannya.
Baca SelengkapnyaBegini penampakan komplek perumahan milik perusahaan baja terbesar di Indonesia yang kini kondisinya memprihatinkan.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, rumah kakak tiri Syahrini ternyata memiliki keindahan yang tak pernah tersorot.
Baca SelengkapnyaPotret rumah seorang pensiunan TNI AL yang ada di tengah hutan di Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaAnang Hermansyah menghabiskan masa kecilnya di Jember. Di kota kelahirannya itu, ia menetap di sebuah rumah sederhana dalam gang
Baca Selengkapnya