YouTube Bakal Bikin Aplikasi Pesaing TikTok?
Merdeka.com - Platfrom sharing video YouTube dikabarkan tengah mempersiapkan aplikasi baru yang digadang bakal jadi pesaing aplikasi video yang kini sedang digandrungi anak muda, TikTok.
Melansir The Verge via Tekno Liputan6.com, aplikasi ini akan diberi nama Shorts. Menurut laporan, Shorts memungkinkan pengguna untuk mengunggah video pendek yang disertai dengan lagu, mirip dengan TikTok.
Nantinya, perusahaan disebut akan memanfaatkan katalog musik berlisensi yang ada di YouTube Music untuk mendukung aplikasi ini.
Saat ini, YouTube memang belum mengonfirmasi soal rumor ini, tapi bocoran lain menyebut aplikasi tersebut siap diungkap dalam waktu dekat.
Langkah YouTube ini disebut tidak lepas dari meroketnya TikTok dalam beberapa tahun terakhir. Oleh sebab itu, masuk akal apabila layanan milik Google tersebut hadir dengan konsep yang serupa.
Laporan dari App Annie menunjukkan bahwa dalam dua tahun terakhir, ada peningkatan pengguna 125 persen di TikTok. Tidak hanya itu, aplikasi itu juga diketahui sudah diunduh hingga ratusan juta kali.
Apabila kabar ini benar, berarti bukan kali pertama layanan milik Google ini mengembangkan fitur yang terinspirasi dari layanan lain. Sebelumnya, platform berbagi video ini juga merilis fitur Stories yang juga ada di Instagram.
Tidak hanya YouTube, Facebook juga dilaporkan pernah mengembangkan aplikasi serupa TikTok. Raksasa media sosial itu bahkan sempat melakukan uji coba aplikasi bernama Lasso itu.
Masalah Fundamental TikTok
Meski TikTok adalah aplikasi sharing video yang sampai saat ini masih menjadi pilihan generasi muda untuk beraktualisasi diri, namun salah satu pentinggi teknologi justru menganggap platform tersebut dengan sentimen negatif.
CEO dan co-founder dari website konten dan agregasi berita Reddit, menyebut TikTok sebagai "fundamental parasit".
Melansir TechCrunch, sang CEO yakni Steve Huffman merujuk pernyataan ini kepada soal privasi. Huffman menyebut bahwa praktik pelacakan perangkat pengguna berdasarkan teknologi sidik jari adalah hal yang bermasalah.
"Mungkin saya akan menyesali ini, namun saya bahkan tidak bisa mencapai tingkat pemikiran seperti TikTok," ungkap Huffman yang jadi pembicara di acara Social 2030 venture capital conference.
"Karena saya melihat aplikasi tersebut sebagai parasit yang sangat fundamental, yang selalu mendengarkan, (serta) teknologi sidik jari yang mereka gunakan benar-benar menakutkan, dan saya tidak bisa menginstal aplikasi seperti itu di smartphone saya," lanjutnya.
"Saya secara aktif memberi tahu orang-orang, 'Jangan pasang spyware itu di ponsel Anda,'" tutup Huffman.
Teknologi sidik jari yang dimaksud oleh Huffman adalah kombinasi pelacakan audio dan browser untuk menentukan pengguna mana yang menonton dan berbagi video di aplikasi dan web.
ByteDance sebagai perusahaan induk TikTok, mengklaim bahwa teknologi sidik jari ini digunakan untuk mengidentifikasi perilaku jahat dari browser, seperti Malware.
Meski demikian, malware sebenarnya tidak menjangkit TikTok dari browser bahkan ketika script dari teknologi sidik jari ini dimatikan, mengutip uji coba Matthias Eberl dari Rufposten.
Menurut Anda?
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mendengar musik bisa membantu tumbuh kembang otak anak. Beragamnya video anak-anak di platform YouTube bisa jadi rekomendasi. Apa saja rekomendasi video anak?
Baca SelengkapnyaAddril Hidayah (22), konten kreator yang membobol sistem pembayaran PT Kereta Api Indonesia (KAI) ternyata hanya belajar secara autodidak.
Baca SelengkapnyaPelaku berinisial AWK, berusia 23 tahun. Dia ditangkap di Jember.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
TikTok Shop dilarang keras untuk melakukan praktik jual beli dalam platform sosial media.
Baca SelengkapnyaInstagram telah mengambil alih TikTok sebagai aplikasi dengan unduhan terbanyak di 2023.
Baca SelengkapnyaSemula TikTok berhasil mengalahkan media sosial Meta. Namun, belakangan tren terhadap penggunaan TikTok mulai menurun.
Baca SelengkapnyaJika di Indonesia dan sekitarnya kita berpuasa kurang lebih 12 jam, di belahan dunia lain waktu berpuasanya juga berbeda-beda.
Baca SelengkapnyaIni merupakan hasil riset yang dilakukan Invinyx dan Jakpat tentang kecenderungan Gen Z memilih media sosial.
Baca SelengkapnyaAnies memberikan apresiasi yang besar kepada Polri atas penangkapan pelaku pengancaman penembakan.
Baca Selengkapnya