Penghitungan tarif baru interkoneksi harus fair dan transparan

Merdeka.com - Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), memiliki rencana menurunkan tarif interkoneksi sebesar 25 persen.

Seperti diketahui, biaya interkoneksi merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh operator asal atas penggunaan jaringan ke operator lain, ketika pelanggan melakukan panggilan lintas operator. Misalnya dari Telkomsel ke operator lain seperti ke Indosat maupun XL Axiata.

Kabarnya, rencana tersebut akan diketok palu pada Juni mendatang. Rencana penurunan itu ternyata masih menyisakan perbedaan pandangan.

Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, menyebut, jika tarif interkoneksi hanyalah sebagian kecil atau sekitar 15 persen dari variable komponen tarif retail secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa variable biaya. Sebagai contohnya, service activation fee, marketing fee, dan margin.

Menurutnya, cara tersebut tidak akan signifikan mengurangi penurunan tariff ritel off net. Pasalnya, dirinya berkaca pada tahun 2008 di mana penurunan biaya interkoneksi itu tidak pernah berdampak signifikan.

"Perhitungan tarif interkoneksi sebenarnya harus berdasarkan cost based. Hal ini menjadi common practice di perhitungan interkoneksi sebelumnya maupun benchmark di berbagai negara lain. Urutannya adalah, setiap operator memberikan data biaya penggelaran jaringan masing-masing kepada regulator, dimana setelah itu regulator akan melakukan audit terhadap angka yang diserahkan dari operator," ujarnya kepada Merdeka.com melalui keterangan resmi, Selasa (07/06).

Ditambahkannya, perhitungan tarif interkoneksi juga harus dilakukan secara komprehensif dan bersifat adil untuk semua pihak. Artinya, tidak ada operator yang diuntungkan dan dirugikan dalam berinterkoneksi.

"Kami berharap agar tarif interkoneksi yang baru memberikan dampak yang lebih baik kepada perusahaan maupun industri dengan perhitungan yang fair dan transparan," jelasnya.

Dengan adanya perhitungan yang fair dan transparan, diharapkan dapat menjaga iklim industri sehingga operator selular tetap bisa membangun dan memperbaiki kualitas layanannya.