5 Fakta Soal Hujan Meteor Perseid yang Hiasi Langit Malam Indonesia
Merdeka.com - Pada 12 dan 13 Agustus malam hingga subuh waktu Indonesia tadi, fenomena Hujan Meteor Perseid akan bisa disaksikan.
Astronom meperkirakan bahwa akan ada 50 meteor per jam yang melintasi angkasa, meski sinarnya diprediksi kalah dari cahaya Bulan yang mendekati purnama.
Sementara itu, hujan meteor terjadi ketika Bumi berada dekat dengan puing-puing dan debu komet atau asteroid yang melayang di batas angkasa luar. Sedangkan hujan meteor Perseid terjadi ketika Bumi melewati jejak puing dari komet Swift-Tuttle.
Perseids adalah hujan meteor paling populer tahun ini. Pasalnya, ini adalah bintang jatuh yang memiliki ekor terpanjang dan paling spektakuler.
"Mereka menakjubkan," kata Cooke. "Geminid menghasilkan lebih banyak meteor, tetapi mereka hanya terjadi pada pertengahan Desember."
Ketika debu atau secuil kepingan komet bersinggungan dengan atmosfer luar Bumi (setinggi 60 mil dari permukaan tanah), gesekan tersebut menyebabkannya terbakar.
Sebagian besar bintang jatuh yang biasa kita lihat sebenarnya berasal dari kerikil seukuran butiran beras atau lebih kecil.
"Tetapi jika Anda melihat sebuah bola api, ukurannya mungkin lebih besar," kata Bill Cooke, yang memimpin Meteoroid Environment Office NASA. "Bisa sekitar satu sentimeter."
Lalu, apa saja yang harus diperhatikan saat kita hendak menyaksikan langsung hujan meteor atau bintang jatuh? Berikut beberapa di antaranya, seperti dikutip dari Washington Post via Liputan6.com.
Lokasi
Anda tidak mungkin mendapati beberapa bintang jatuh secara sporadis selama senja, atau sebelum jam 10 malam. Disarankan untuk mencari tempat yang tinggi, tidak banyak cahaya dan lapang, dalam artian leluasa untuk melihat ke angkasa.
Beberapa orang mencari titik asal bintang jatuh. Biasanya dari rasi Perseus, menggantung rendah di langit utara atau timur laut.
Kondisi Langit
Perseid akan terlihat di seluruh Amerika Serikat dan di beberapa negara lain. Kondisi langit terbaik untuk melihat hujan meteor ini adalah di tempat yang jauh dari polusi cahaya.
Jadi, semakin Anda berada di pelosok dan jauh dari riuh kota, hujan meteor akan makin nampak.
Kalah Oleh Cahaya Bulan
Cahaya Perseid akan sedikit dikalahkan oleh sinar Bulan pada Agustus tahun ini, yang secara efektif akan memblokir kemunculan banyak meteor yang cahayanya lebih redup.
Namun, Perseid dikenal karena bola api mereka, atau meteor yang sangat terang, yang masih tetap bisa bersinar melalui cahaya Bulan.
Terkadang, bola api tersebut disebabkan oleh objek yang mengenai atmosfer Bumi, yang memiliki ukuran lebih besar. Di lain waktu, itu adalah hasil dari meteor yang menembus jauh ke atmosfer.
Warna yang Anda lihat tergantung pada komposisi meteor. "Perseid menunjukkan pancaran natrium yang kuat," kata Cooke. "Itu sebabnya, mereka sering tampak bersinar kuning."
Meskipun sulit untuk menentukan komposisi unsur Perseid, beberapa meteor diketahui mengandung magnesium, zat besi, karbon dan silikon. Warna pancaran meteor juga dapat berasal dari ionisasi udara di sekitarnya.
Selama Hujan Meteor, Saturnus Juga Akan 'Bertemu' Bulan
Di luar hujan meteor pada 12 Agustus, Bulan purnama disebut akan melewati dekat dengan Saturnus, mencapai garis bujur langit yang sama, yang dikenal sebagai konjungsi, pada pukul 06.05 EDT atau 17.05 WIB, menurut Skycal NASA.
Konjungsi itu tidak akan terlihat saat Saturnus menampakkan diri pada pukul 03.05 EDT atau 14.05 WIB pada 12 Agustus di New York. Namun, kedua benda langit tersebut akan tetap berada dalam fraksi satu sama lain. Bulan akan berada tepat di utara Saturnus, dan keduanya akan berada di rasi Sagitarius.
Terlihatnya Rasi Bintang
Meskipun cahaya Bulan purnama cenderung mengalahkan sinar bintang-bintang yang lebih redup, asterisme akan mudah terlihat. Ini merupakan gejala optis di mana bintang yang terlihat dalam batu mulia, seperti "Summer Triangle", yang terdiri dari bintang-bintang Vega, Deneb dan Altair.
Sekitar 1,5 jam setelah matahari terbenam di belahan Bumi utara, Anda dapat melihatnya di atas untuk menemukan bintang terang Vega. Sementara itu, konstelasi Leo akan berada di barat.
Sumber: Liputan6.comReporter: Afra Augesti
(mdk/idc)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fenomena hujan meteor Perseid akan mencapai puncaknya pada 12 dan 13 Agustus 2023.
Baca SelengkapnyaSalah seorang warga berhasil mengabadikan penampakan momen hujan meteor yang jarang terjadi. Berikut penampakannya.
Baca SelengkapnyaTahun ini hujan meteor Perseid akan terlihat lebih indah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Apa itu Hujan Meteor Geminid? ini penjelasan lengkapnya.
Baca SelengkapnyaMeteor merupakan objek angkasa yang memasuki atmosfer bumi dan menghasilkan fenomena optik yang disebut sebagai bintang jatuh.
Baca SelengkapnyaGerhana Bulan Penumbra tidak hanya menawarkan pemandangan langit malam yang indah, tetapi juga membawa serangkaian fakta menarik yang menantang pemahaman kita.
Baca SelengkapnyaAda dua harta karun yang ditemukan yang ornamennya terbuat dari besi meteorit.
Baca SelengkapnyaFenomena equinox terjadi setiap tahun pada 20 atau 21 Maret dan 22 atau 23 September.
Baca SelengkapnyaAngin kencang disertai hujan deras menerjang kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu sore kemarin.
Baca Selengkapnya