Medannya Sulit Ditaklukkan, Ini Fakta Menarik Gunung Bandahara di Provinsi Aceh
Berlokasi di ujung barat Indonesia, pemandangan yang tersaji di gunung ini tidak kalah indah dari gunung-gunung lainnya.
Berlokasi di ujung barat Indonesia, pemandangan yang tersaji di gunung ini tidak kalah indah dari gunung-gunung lainnya.
Gunung Bandahara merupakan sebuah gunung yang berada di Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Aceh dengan ketinggian mencapai 3.012 mdpl.
Berlokasi di ujung barat Indonesia, pemandangan yang tersaji di gunung ini tidak kalah indah dari gunung-gunung lainnya. Hamparan hutan hijau menjadi salah satu daya tarik utama bagi para pendaki untuk bisa menaklukkan gunung ini.
Selain pemandangan alamnya yang indah, masih ada sisi lain dari Gunung Bandahara yang unik dan menarik untuk diulas satu per satu.
Simak fakta menarik Gunung Bandahara yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber.
Di Gunung Bandahara para pendaki tidak bisa mencapai puncak. Mereka hanya bisa mendaki hingga ketinggian 2.400-2.900 mdpl.
Hal ini lantaran terbatasnya akses untuk menuju puncak Gunung Bandahara hingga alasan keselamatan. Pasalnya informasi mengenai kondisi medan yang harus dilalui pendaki untuk bisa menuju puncak masih minim.
Mengutip dari kanal liputan6.com dan gunung bagging, pada tahun 1960-an pemerintah Hindia Belanda berencana mendirikan sebuah pilar di puncak gunung ini bersama-sama dengan warga sekitar.
Tahun 1996, warga setempat sering kali melakukan pendakian ke Gunung Bandahara. Setelahnya hampir puluhan tahun gunung ini sudah tidak didaki oleh manusia.
Pada tahun 2009, seorang laki-laki mendaki gunung ini sampai ke puncak, bahkan ada turis mancanegara yang naik ke sabana untuk mengambil foto bunga. (Foto: Instagram/t.rajaakbar)
Saat memulai pendakian di Gunung Bandahara, pendaki akan melewati kawasan hutan dengan daun-daun hijau yang sangat menenangkan dan menyejukkan.
Pendaki tidak dianjurkan untuk mencapai puncak dan hanya diperbolehkan berkemah di Pos III.
Selain itu, fakta menarik dari Gunung Bandahara ini medannya sangat sulit untuk didaki. Maka tak heran jika masih sangat minim orang-orang yang bisa sampai puncak.
Selama mendaki, pendaki akan menemukan tanaman endemi dari Pulau Sumatra yang bernama Nepenthaceae atau biasa disebut dengan tumbuhan Kantong Semar.
Faktor penghambat dalam mendaki gunung ini adalah tidak adanya mata air bersih mulai dari ketinggian hingga 2.700 mdpl.
Selain itu, selama mendaki jarang sekali ditemukan mata air mengalir yang bisa diminum. Agar mendapatkan informasi, jangan segan untuk bertanya dengan masyarakat setempat ketika sedang dalam proses pendakian.
Di bagian barat Pulau Sumatra, tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terdapat danau yang tak kalah indahnya untuk dikunjungi, yaitu Danau Maninjau
Baca SelengkapnyaGunung Talamau menjadi salah gunung tertinggi di Sumatra Barat yang termasuk dalam kategori tipe gunung api tidak aktif.
Baca SelengkapnyaGunung Patah mempunyai medan pendakian yang sulit, tutupan hutan yang rapat akan menghambat perjalanan yang bisa berhari-hari.
Baca SelengkapnyaGunung yang berada di Kabupaten Tanah Datar ini dulunya jadi salah satu gunung aktif dan memiliki kaldera yang begitu besar.
Baca SelengkapnyaAda spesies kantong semar yang membuat dua orang asal Jerman rela ke Gunung Sibuatan hanya untuk melakukan penelitian terhadap tumbuhan tersebut.
Baca SelengkapnyaLetusan pertama gunung api ini terjadi pada tahun 1640
Baca SelengkapnyaGunung ini menjadi salah satu primadona bagi wisatawan yang gemar mendaki dan menjadi gunung tertinggi kedua di Provinsi Lampung.
Baca SelengkapnyaGunung Pesagi di Lampung ini terkenal dengan rute pendakian yang sulit namun memiliki pemandangan alam yang begitu indah.
Baca SelengkapnyaTak jarang di Gunungkidul terdapat bukit yang tersusun dari batu karang seperti yang berada di lautan.
Baca Selengkapnya