Gunakan Konsep Iklim Tropis, Ini 4 Keunikan Rumah Adat Suku Batak Karo

Selasa, 7 Februari 2023 16:38 Reporter : Adrian Juliano
Gunakan Konsep Iklim Tropis, Ini 4 Keunikan Rumah Adat Suku Batak Karo Rumah Adat Batak Karo. kebudayaan.kemdikbud.go.id ©2023 Merdeka.com

Merdeka.com - Setiap suku di Indonesia memiliki arsitektur tradisional yang sudah ada sejak turun-temurun dan digunakan sebagai tempat tinggal. Untuk melestarikan budaya leluhur, beberapa masyarakat asli masih mempertahankan rumah adat meskipun sudah tidak digunakan sebagai tempat tinggal.

Salah satu suku di Sumatra Utara adalah Batak Karo yang mempunyai arsitektur tradisional pada tempat tinggalnya. Arsitektur ini mengedepankan fungsi maupun konsep dengan menyesuaikan lingkungan maupun iklim di kawasan tersebut.

Tak hanya itu, proses pembangunan rumah adat Suku Karo juga harus mengikuti serangkaian acara. Bahkan komponen atau bahan yang digunakan dalam membangun rumah adat juga terbilang unik. Penasaran dengan keunikan rumah adat Suku Karo ini? Simak rangkuman selengkapnya yang dihimpun dari beberapa sumber.

2 dari 5 halaman

Konstruksi Unik

rumah adat batak karo

pariwisatasumut.net ©2023 Merdeka.com

Keunikan rumah adat Suku Batak Karo terletak pada konstruksi rumah yang tidak memerlukan penyambungan. Artinya, semua komponen mulai dari pondasi hingga atap tidak mengalami perubahan atau pengolahan terlebih dahulu.

Lalu, bagaimana bangunan ini bisa berdiri kokoh? Caranya dengan mempertemukan antar komponen dengan tembusan kemudian di pasak atau diikat menyilang dengan ijuk yang berfungsi untuk menghindari rayapan ular.

Untuk pondasinya, masyarakat Suku Batak Karo menggunakan batu sungai sebagai penopang utamanya. Lalu ditanam sedalam setengah meter, kemudian dialasi dengan beberapa lembar sirih dan benda sejenis besi.

Posisi rumah ini biasanya mengikuti aliran sungai yang ada di sekitar desa. Pada serambi muka semacam teras dari bambu yang disusun disebut ture.

Rumah adat Suku Batak Karo ini didesain menyesuaikan dengan iklim tropis yang cenderung lembap. Hal ini terlihat dari sudut kemiringan atap yang sangat besar, lantai yang jauh dari tanah dan atap yang tinggi.

3 dari 5 halaman

Adakan Musyawarah Sebelum Membangun Rumah

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, keunikan kedua dari rumah adat Suku Batak Karo adalah pemilik rumah biasanya mengadakan musyawarah dengan kawan satu rumah untuk membahas luas rumah dan hal lainnya. Waktu membersihkan dan meratakan tanah juga ditentukan oleh dukun agar mendapatkan hari yang baik.

Tak sampai situ, ketika ingin mengambil salah satu komponen untuk membangun rumah seperti kayu harus ditanyakan terlebih dahulu kapan waktu yang baik untuk menebang pohon di dalam hutan.

Setelah itu, dalam proses pembangunan mulai dari peletakan alas rumah selalu ada ritual yang dibuat agar bangunan ini nantinya diberkati oleh Tuhan.

4 dari 5 halaman

Ritual Setelah Rumah Dibangun

Setelah rumah tersebut selesai dibangun, pemilik rumah harus melakukan serangkaian ritual kembali, yakni guru atau dukun dan beberapa sanak saudara akan tidur di rumah baru itu sebelum ditempati pemiliknya.

Hal ini bertujuan untuk melihat apakah bangunan rumah ini baik untuk dihuni atau tidak. Setelah itu, diadakan pesta memasuki rumah baru yang diisi dengan acara makan besar bersama keluarga dan kerabat.

Selain itu, guru atau dukun dalam pesta juga melakukan serangkaian acara tepung tawar bagi rumah baru. Hal ini bertujuan untuk mengusir segala hal jahat dari rumah dan yang baik akan tinggal selamanya di dalam rumah.

5 dari 5 halaman

Ukuran Rumah yang Besar

Bangunan rumah adat Suku Batak Karo ini memiliki ukuran yang sangat besar. Rumah ini terdiri dari empat sampai enam tungku perapian untuk setiap unit keluarga besar atau jabu.

Dengan ukuran rumah yang besar, tempat tinggal ini bisa dihuni antara empat hingga 12 kepala keluarga yang terdiri dari lima orang anggota keluarga. Rumah adat Suku Batak Karo juga disinyalir mampu dihuni 20 hingga 60 orang.

Anak-anak biasanya tidur bersama orang tua sampai menjelang usia remaja. Sedangkan pria dewasa (bujangan) tidur di lumbung. Sementara perempuan dewasa tetap tidur bersama keluarga lainnya. Hal-hal ini lah yang membedakan rumah adat Suku Batak Karo dengan rumah adat lainnya.

[adj]
Komentar Pembaca

Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami

Be Smart, Read More

Indeks Berita Hari Ini

Opini