Kekerasan Seksual Bisa Terjadi di Masa Pandemi COVID-19, Ketahui Bentuknya
Merdeka.com - Tinggal di rumah dan tidak berinteraksi langsung dengan orang lain tak menjamin bahwa seseorang bebas dari kekerasan seksual. Pada masa pandemi COVID-19 ini, ditemukan beberapa bentuk kekerasan seksual lain yang kerap terjadi.
Kekerasan seksual sendiri adalah tindakan berbau seks yang tidak diharapkan korban dan dapat dilancarkan dalam berbagai bentuk oleh pelakunya. Tidak hanya secara fisik, kekerasan seksual dapat juga dilakukan secara verbal, psikis, bahkan finansial.
Menurut ahli hukum dari Universitas Indonesia Dr. Lidwina Inge Nurtjahyo, S.H., M.Si, kekerasan seksual pada masa pandemi biasanya dilakukan secara daring.
Ia memberi contoh kasus yang terjadi pada mahasiswanya yang mendapat pesan berbau seks di akun Instagramnya. Padahal, mahasiswa tersebut tidak pernah mengunggah konten yang berbau asusila.
“Mahasiswa saya punya akun Instagram kemudian dia mendapat komentar berbau seks dari orang tertentu,” kata Lidwina dalam webinar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) beberapa waktu lalu.
Pelaku yang memata-matai (stalking) menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak aman pada mahasiswa sampai ia mengubah akun instagramnya berkali-kali.
“Ini juga merupakan bagian dari kekerasan seksual,” terangnya.
Mengirim Konten Intim
Bentuk kekerasan lainnya yang sering terjadi di masa pandemi adalah bullying dengan mempergunakan aspek tubuh atau seksualitas seseorang.
“Atau pengiriman konten intim yang bertentangan dengan kehendak korban misal melalui Whatsapp, Line, dan sebagainya yang bertentangan dengan kehendak korban,” jelasnya.
Bentuk lain yang bisa membuat korban menderita adalah penyebaran konten terkait dengan korban (data privasi) tanpa harus eksplisit mengandung konten seksual.
“Ini belum tentu berupa konten seksual jadi bisa saja terjadi pada kasus di mana seorang perempuan dimanfaatkan pacarnya,” terang Lidwina.
Misal, sang pacar meminjam uang secara daring kemudian tidak dapat membayar. Pada akhirnya, si perempuan lah yang diteror dan disebarluaskan data diri seperti foto dan nomor kontaknya serta diberi tulisan bahwa perempuan tersebut bersedia melakukan prostitusi sebagai bayaran utang sang pacar.
“Jadi ini terkait penyebarluasan konten data pribadi korban tapi sebetulnya tidak harus selalu terkait dengan aspek seksualitasnya,” tandasnya.
Reporter: Ade Nasihudin Al AnsoriSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua nonaktif BEM UI Melki Sedek Huang yang dituduh melakukan kekerasan seksual kini diserang dengan isu penyuka sesama jenis.
Baca SelengkapnyaDugaan kekerasan seksual tersebut terjadi pada Mei 2023.
Baca SelengkapnyaBerhubungan intim memberikan kenikmatan karena tubuh Anda merespons secara fisiologis dan psikologis terhadap rangsangan seksual.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BEM berharap kampus memfasilitasi aduan korban sehingga tuntutan korban dapat terakomodir dengan baik.
Baca SelengkapnyaSeorang remaja perempuan berinisial N (12), warga Ciputat, Tangsel, viral mengalami tindak penganiayaan yang diduga pelaku anak-anak yang tidak dikenali.
Baca SelengkapnyaPelecehan seksual belakangan menjadi perbincangan masyarakat Indonesia. Perempuan menjadi korban utama pelecehan seksual yang marak terjadi.
Baca SelengkapnyaBerada dalam situasi di mana Anda dan pasangan kepergok anak saat bercinta tentu bisa memicu perasaan yang kompleks. Jangan panik, segera lakukan hal ini.
Baca SelengkapnyaGairah seksual yang menurun pada wanita dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti fluktuasi hormon, efek samping pil kontrasepsi, kurang tidur & kelelahan.
Baca SelengkapnyaFemisida intim adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pembunuhan perempuan yang dilakukan oleh pasangan atau mantan pasangan mereka.
Baca Selengkapnya