Profil
Richard Phillips Feynman
Richard Phillips Feynman lahir di New York, Amerika Serikat pada 11 Mei 1918. Ia belajar di Massachusetts Institute of Technology di mana dia memperoleh gelar B.Sc. pada 1939. Kemudian ia melanjutkan studinya di Princeton University di mana ia memperoleh gelar Ph.D. pada 1942. Ia kemudian bekerja sebagai Asisten Peneliti di Princeton pada tahun 1940 hingga tahun 1941. Empat tahun kemudian, lebih tepatnya pada tahun 1945 hingga 1950, ia menjadi Profesor Fisika Teoretis di Cornell University. Feynman juga pernah menjadi Profesor Tamu dan Profesor dalam ilmu Fisika Teoretis di California Institute of Technology pada tahun1950 hingga tahun1959.
Ketika masih mengajar di Princeton, seorang fisikawan yang bernama Robert R. Wilson mengajak Feynman untuk ikut berpartisipasi dalam Proyek Manhattan, sebuah proyek pemerintah Amerika Serikat di Los Alamos pada masa Perang Dunia II untuk pengembangan bom atom. Di proyek ini, ia bertugas bersama dengan Hans Bethe. Ia dan Bethe kemudian mampu mengembangkan rumus yang dikembangkan dari karya Robert Serber. Rumus ini kemudian dinamakan Bethe-Feynman formula yang dapat digunakan untuk menghitung hasil dari sebuah fisi bom.
Ia merupakan fisikawan Amerika yang terkenal karena karyanya dalam perumusan integral lintasan mekanika kuantum, teori elektrodinamika kuantum, dan beberapa teori mutakhir fisika lainnya. Atas kontribusinya dalam pengembangan ilmu fisika tersebut Feynman bersama dengan Julian Schwinger dan Sin-Itiro Tomonaga dianugerahi Penghargaan Nobel untuk Ilmu Fisika pada tahun 1965.
Karena terlalu lama bekerja dalam proyek nuklir, Feynman menggidap dua jenis kanker yang sangat langka, yaitu Liposarcoma dan Macroglobulinemia Waldenstrom. Dengan serangan kanker ganas tersebut, ia harus berulang kali melakukan operasi. Namun, ia harus menghembuskan nafas terakhir di atas meja operasi setelah upaya terakhir untuk mengangkat kankernya gagal pada 15 Februari 1988.