Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Solusi oposisi hadapi pelemahan rupiah: Rombak total tim ekonomi Jokowi!

Solusi oposisi hadapi pelemahan rupiah: Rombak total tim ekonomi Jokowi! Dradjad Wibowo datangi KPK. ©2017 merdeka.com/imam buhori

Merdeka.com - Dua hari belakangan, nilai tukar rupiah terhadap dolar terus merosot. Bahkan, hampir mencapai angka tertinggi yakni Rp 15 ribu. pada Kamis (6/9), nilai tukar rupiah sedikit menurun yakni 14.879.

Melemahnya nilai tukar rupiah mengkhawatirkan sejumlah pihak. Tidak terkecuali kubu oposisi yang menganggap bahwa persoalan ini tentu saja berpengaruh terhadap elektabilitas Jokowi jelang Pilpres 2019.

"Di satu sisi sebagai politisi, anjloknya Rupiah bisa dijadikan bola politik untuk memyerang pemerintahan Presiden Jokowi di bidang ekonomi. Ini akan sangat besar pengaruhnya terhadap elektabilitas pak Jokowi," kata Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN, Dradjad Wibowo dalam pesan singkatnya.

Dradjad yan mendukung pasangan Prabowo-Sandi di Pilpres 2019 menambahkan, sebagai ekonom, dia sangat khawatir terhadap efek bola salju dan efek domino dari anjloknya Rupiah. Kurs Rupiah sekarang adalah tergolong yang paling rendah, bahkan dibandingkan saat krisis ekonomi 1998.

Kata dia, efek bola saljunya, kepercayaan pasar bisa ambruk cepat seperti bola salju menggelinding. Karena, berbagai langkah jangka pendek yang diambil pemerintah, BI dan OJK terbukti gagal menjaga Rupiah.

Cadangan devisa sudah anjlok hampir USD 14 miliar selama Januari-Juli 2018 saja. Per Agustus 2018 selama periode hanya 3 bulan, BI sudah 4 kali menaikan bunga reverse repurchase 7-hari. Suku bunga pinjaman makin mempersulit pelaku usaha.

"Berbagai klaim keberhasilan dan ketahanan ekonomi terbukti gagal meyakinkan pasar. Ini berpotensi membuat Rupiah makin terdepresiasi," kata Dradjad.

Efek dominonya, tutur dia, anjloknya Rupiah akan menyulitkan banyak perusahaan dan rumah tangga. Mulai dari sektor perbankan hingga ritel dan makanan. Harga barang naik, dan seterusnya.

Padahal banyak analis, terutama asing, yang sudah sejak Q1/2018 memproyeksikan Rupiah akan turun ke selang Rp 14.900-15.000 dalam jangka waktu 12 bulan.

"Kepada klien saya, saya juga memberikan analisis yang sama. Jadi sebenarnya, Rupiah anjlok lebih cepat dan lebih besar dari proyeksi para analis. Ini lebih mengkhawatirkan," kata dia lagi.

Solusi perkuat rupiah

Demi kepentingan bersama, Dradjad menyarankan, Jokowi mengambil langkah radikal. Selama ini tim ekonomi Jokowi dianggap lebih sibuk 'bicara ke media' daripada 'kerja nyata' memperbaiki tiga defisit. Yaitu, defisit perdagangan, defisit transaksi berjalan dan defisit fiskal Indonesia.

Jika ada masalah, kata Dradjad, mereka sering menyalahkan kondisi global. Memang ada faktor global seperti kenaikan suku bunga the Fed, harga minyak, atau efek psikologis Turki. Tapi harusnya, kita lebih fokus memperkuat kondisi dalam negeri.

"Jadi pak Jokowi, tolong rombak total tim ekonomi, ambil langkah jangka pendek yang lebih pro-bisnis, dan perbaiki defisit. Pasar sudah memvonis jelek tim ekonomi," tutup Dradjad.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Jokowi Sebut Presiden Boleh Memihak di Pilpres, Perludem Nilai Bakal Jadi Pembenaran Pejabat Tak Netral
Jokowi Sebut Presiden Boleh Memihak di Pilpres, Perludem Nilai Bakal Jadi Pembenaran Pejabat Tak Netral

Perludem menyayangkan pernyataan Presiden Joko Widodo soal presiden boleh berpihak di Pilpres 2024

Baca Selengkapnya
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.

Baca Selengkapnya
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri
Di Depan Petinggi TNI, Jokowi Curhat Sulitnya Cari Pasokan Beras ke Luar Negeri

Jokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19
Anies Bandingkan Gaji TNI Polri Lebih Banyak Naik di Era SBY, Jokowi Beralasan Pandemi Covid-19

Jokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.

Baca Selengkapnya
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun
Penerimaan Pajak hingga Pertengahan Maret Tembus Rp342,88 Triliun

Mayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.

Baca Selengkapnya
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024

Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini Alasan Jokowi Bagi-Bagi Bansos Beras Jelang Pilpres 2024
Ternyata Ini Alasan Jokowi Bagi-Bagi Bansos Beras Jelang Pilpres 2024

Presiden akhirnya buka suara terkait polemik pemberian bansos beras kemasan 10 kg di tahun politik.

Baca Selengkapnya
JK Ingatkan Jokowi Tak Kampanye Terselubung: Kalau Melanggar Permalukan Diri Sendiri
JK Ingatkan Jokowi Tak Kampanye Terselubung: Kalau Melanggar Permalukan Diri Sendiri

JK mengapresiasi Jokowi yang menegaskan tidak akan ikut kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
Reaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan
Reaksi Santai Anies Soal Prabowo Diberi Jokowi Pangkat Jenderal Kehormatan

Pemberian pangkat jenderal kehormatan itu menuai pro dan kontra.

Baca Selengkapnya