Panja sebut RUU Terorisme kembali molor karena pemerintah tak solid
Merdeka.com - Anggota Panja Terorisme, Arsul Sani mengatakan, Revisi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme (RUU Terorisme) akan kembali tertunda dari target waktu yang disepakati. Padahal, panja telah menghabiskan waktu dua masa sidang untuk membahas RUU Terorisme.
RUU Terorisme ditargetkan selesai pada April 2017. Arsul menyebut, masih banyak perbedaan pandangan membuat pembahasan RUU ini molor, semisal soal perubahan judul Revisi Undang-Undang Terorisme.
"DIM-DIM 1-3 judul itu di DIM beberapa fraksi inginkan agar RUU ini judulnya diganti jadi RUU Pemberantasan Terorisme atau belakangan RUU Penanggulangan Terorisme, kami di PPP termasuk yang menentang," kata Arsul di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (24/2).
Perbedaan lainnya, yakni soal definisi tindak pidana terorisme. Hingga saat ini, pembahasan soal definisi belum mendapat titik temu. Perbedaan pandangan soal definisi ini tidak hanya terjadi di level fraksi tapi juga pemerintah.
"Definisi terorisme itu diminta oleh banyak fraksi agar jelas mana tindak pidana terorisme mana yang bukan. Kenapa bom buku dianggap terorisme di Alam Sutera tidak. Kalau orang hukum bisa dengan mudah dijelaskan. Tapi di balik soal judul, definisi akan menggambarkan batang tubuh seperti apa, termasuk peran TNI akan masuk," terangnya.
Arsul sendiri memiliki usulan terkait definisi terorisme. Dia mengusulkan agar definisi terorisme hanya diberi penjelasan secara umum.
"Masing-masing punya pemikiran sendiri dan misi-misi sendiri. Saya punya usulan kalau definisi terorisme susah dilakukan, enggak usah didefinisikan, penjelasan umum saja. Kita kembalikan ke tim pemerintah," jelas dia.
Sekretaris Jenderal PPP ini menambahkan, pihak pemerintah terkesan menunda pembahasan. Dia meminta pemerintah harus lebih dulu solid sebelum melontarkan usulan. Pasalnya, sikap pemerintah itu membuat panja membuang waktu pembahasan sekitar 14 hari.
"Itu yang saya kira bagi kami ketika Pak Yasonna melapor ke Presiden sudah menyampaikan bahwa pemerintah perlu solid dulu. Faktor delay bukan DPR saja, kalau dihitung seluruhnya sudah 14 hari karena pemerintah minta menunda belum mulai," tandasnya.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perludem Serahkan Revisi Angka Ambang Batas Parlemen ke Pembentuk UU: Harus Ada Hitungan Rasional
Dengan adanya revisi, diharapkan suara rakyat tidak terbuang sia-sia.
Baca SelengkapnyaKasus Prajurit TNI Meninggal usai Tabrak Lari, Pelaku Akhirnya Serahkan Diri usai Buron
Diduga tak bisa mengendalikan kemudi, truk itu menambrak korban hingga membuatnya meninggal di tempat.
Baca SelengkapnyaDPR dan Pemerintah Setujui RUU Desa, Masa Jabatan Kepala Desa jadi 8 Tahun 2 Periode
Badan Legislasi (Baleg) DPR dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyetujui Revisi UU Desa.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jenderal Agus Subiyanto Sebar 446.219 Prajurit TNI untuk Amankan Pemilu
446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.
Baca SelengkapnyaPemerintah Berencana Setop Sementara Penyaluran Bansos
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaJelang Masa Tenang Pemilu 2024, Menpan RB Ingatkan ASN Wajib Netral dan Bebas Pengaruh Politik Tak Sehat
Sejumlah alasan mengapa ASN harus netral karena sebagai bentuk kewajiban profesionalism.
Baca SelengkapnyaSegini Santunan dari Pemerintah untuk Korban Meninggal Kecelakaan KA di Cicalengka
Besaran dana santunan ini diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan RI No.15 Tahun 2017.
Baca Selengkapnya6 Orang Jadi Tersangka Penganiayaan Relawan Ganjar-Mahfud, Ganjar: Oknumnya Tak Boleh Semena-Mena
Ganjar Pranowo memuji gerak cepat Panglima TNI Agus Subiyanto dalam menangani kasus penganiayaan relawannya.
Baca SelengkapnyaPesan Tegas Jenderal TNI ke Prajurit Jelang Pemilu 2024
Kasad meminta jika ada prajurit yang tidak netral untuk segera melaporkan ke institusi TNI.
Baca Selengkapnya