Panda Nababan Duga Mega Tak Pakai Pola 'NU, Tua, & Luar Jawa' Pilih Cawapres Ganjar
Merdeka.com - Politikus Senior PDIP Panda Nababan menilai seorang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri biasanya punya cara tersendiri dalam menentukan sosok cawapres untuk mendampingi capres diusung PDIP. Termasuk untuk kandidat Ganjar Pranowo.
Belakangan banyak menyebut pola yang akan diambil Megawati untuk menentukan sosok cawapres Ganjar serupa dengan Jokowi dulu. Dari kalangan sosok Nahdlatul Ulama (NU), tua dan luar Jawa. Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) berduet dengan Jusuf Kalla (JK) pada Pilpres 2014. Lalu Ma'ruf Amin pada 2019 silam.
Tetapi untuk tahun 2024 ini, Panda melihat Megawati tak lagi menggunakan pola itu untuk mencari pendamping Ganjar.
Berita lengkap mengenai Ganjar Pranowo bisa dibaca di Liputan6.com
"Itu bisa-bisa saja. Tapi ini aku cuma ingatkan saja. Megawati dulu mengambil biangnya NU, jagoannya NU, siapa itu? Hasyim Muzadi. Kalah juga. Ini kurang apa NU nya? Jadi, jadi kalau sekarang harus NU supaya apa, enggak juga," kata Panda, dikutip Jumat (23/6).
Panda punya pandangan lain. Dia menilai cawapres asal NU yang mendampingi dua periode Jokowi hanya berupa kebetulan semata. Sebab, pada saat Megawati sengaja menyandingkan dengan tokoh NU, justru yang terjadi kekalahan.
"Iya enggak maksudnya tidak spesifik itu, bahwa itu kebetulan," imbuh dia.
Rommy Bicara Pola Megawati Tentukan Cawapres
Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan Dewan PPP Muhammad Romahurmuziy (Rommy) mengamati pola Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam menentukan cawapres. Menurutnya, cawapres yang dipilih Megawati identik dari kalangan NU, berusia tua dan berasal dari luar Jawa.
Rommy menilai, tak menutup kemungkinan kriteria serupa yang bakal dijadikan menjadi cawapres untuk Ganjar Pranowo. Dia menyebut, cawapres untuk Ganjar tak hanya berhenti di nama Sandiaga Uno dan Erick Thohir seperti keinginan Presiden Joko Widodo.
"Saya pribadi mengamati Bu Mega itu memiliki konsistensi pola, itulah kenapa nama tidak berhenti untuk cawapres ini hanya di Erick dan Sandi yang memang sudah sejak lama di dorong Pak Jokowi menjadi cawapres Mas Ganjar. Bahkan belakangan sudah berkembang ya Ganjar atau Prabowo," kata Romi saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (13/6).
Rommy cerita pada tahun 2001 saat Megawati memilih Hamzah Haz menjadi cawapresnya. Padahal, kala itu ada pilihan lain politisi yang sama seniornya dari partai Golkar yaitu Akbar Tanjung. Sama halnya pada Pilpres 2004, Mega ketika itu memilih sosok Hasyim Muzadi.
"Waktu itu beliau memerintahkan PDIP mendukung Pak Hamzah, apa karakter Pak Hamzah itu? NU, tua, luar Jawa. 2004 Kali beliau memilih Pak Hasyim Muzadi, NU, tua, luar Jawanya enggak. Tapi NU tua," kata Rommy.
Dia melanjutkan, pola itu berlanjut pada Pilpres 2014, di mana Mega memilih Jusuf Kalla untuk mendampingi Jokowi. Pada 2019, putri Soekarno itu juga menjatuhkan pilihannya kepada Ma'ruf Amin untuk dipasangkan dengan Jokowi di detik-detik terakhir.
"2014 Beliau memilih Jusuf Kalla untuk mendukung Pak Jokowi, NU, tua, luar Jawa. Keempat, Kiai Ma'ruf NU, tua, luar Jawa, karena kiai Ma'ruf itu orang Banten bukan orang Jawa," tuturnya.
"Jadi ada konsistensi pola di sini yang saya baca bahwa Bu Mega hari ini bukan berbeda dengan Bu Mega 20 tahun lalu," ungkap Rommy.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak tokoh nasional dianggap 'akrab' dengan Megawati sejak usia 5 tahun sampai sukses menjadi kepala daerah. Siapa sosok yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menyadari kurang pandai berbicara di depan publik.
Baca SelengkapnyaPuan Maharani merespons isu Presiden Joko Widodo (Jokowi) ingin menemui Megawati.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Langkah Gibran maju di Pilpres 2024 membuat sejumlah pihak meradang dan mendorong pemakzulan Jokowi.
Baca SelengkapnyaKetika Megawati Tak Lagi Singgung Nama Jokowi di Hadapan Kader PDIP
Baca SelengkapnyaPrabowo menekankan masyarakat harus pandai dan berani memilih pemimpin dan wakil rakyat yang benar.
Baca SelengkapnyaMegawati sama sekali tidak menyebut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidatonya.
Baca SelengkapnyaPutra bungsu Presiden Joko Widodo atau Jokowi itu mengatakan masyarakat dalam mencoblos atau menusuk wajah atau badan Prabowo-Gibran.
Baca SelengkapnyaMegawati dan Prabowo sempat menjalin kemitraan politik pada Pilpres 2009.
Baca Selengkapnya