Kata Anies-Cak Imin Soal Ganjar Tampil saat Tayangan Azan Magrib
Dalam tayangan azan Magrib itu, Ganjar terlihat mengenakan baju koko putih, kopiah hitam serta sarung motif batik.
Azan Magrib itu tayang di TV swasta.
Kata Anies-Cak Imin Soal Ganjar Tampil Azan Magrib
Bakal Calon Presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo muncul dalam sebuah tayangan azan magrib pada stasiun televisi swasta. Pada tampilan itu, Ganjar terlihat mengenakan baju koko putih, kopiah hitam serta sarung motif batik.
Respons Anies
Dengan adanya tampilan itu, Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Rasyid Baswedan mengaku, enggan mengomentari tayangan tersebut.
"Saya enggak komentar," kata Anies usai berziarah ke Makam Sunan Ampel, Jawa Timur, Sabtu (9/9).
Respons Cak Imin
Sementara itu, Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) Muhaimin Iskandar menyebut, hal itu merupakan tugas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
"Tugas KPI dan Bawaslu yang mengomentari ya" ujar pria yang akrab disapa Cak Imin.
Bakal Calon Presiden PDI Perjuangan Ganjar Pranowo muncul dalam tayangan azan magrib stasiun televisi swasta.
Dalam tayangan tersebut, Ganjar mengenakan baju koko warna putih, peci hitam dan sarung batik.Ia terlihat menyalami jemaah yang masuk ke masjid.
Kemudian, disorot juga mantan gubernur Jawa Tengah itu menjadi makmum ketika salat berjemaah.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membantah hal tersebut merupakan bagian politik identitas. Hasto menegaskan, religiusitas Ganjar tidak dibuat-buat.
"Tetapi kan pak Ganjar Pranowo ini kan sosok yang religius, religiusitasnya tidak dibuat-buat, istrinya Bu Siti Atiqoh juga dari kalangan pesantren menampilkan kehidupan spritualitas yang mencerminkan sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan, bukan sesuatu yang dibuat-buat,"
ujar Hasto di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (9/9).
Hasto mengatakan, Ganjar merupakan sosok yang rajin ibadah sejak lama. Sosok yang juga santun dan merakyat. Tidak dibuat-buat sama sekali.
"Kalau politik identitas itu kan politik yang tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, politik yang miskin prestasi. Kita tahu di DKI pada saat pilgub itu digunakan politik identitas yang sangat tidak sehat dan hasilnya kan kita tahu,"
kata Hasto.