Iklan Ical soal Hari Suwandi bisa jadi bumerang

Merdeka.com - Pengamat politik dari UIN Jakarta Gun Gun Heryanto menilai, langkah Aburizal Bakrie (Ical) mengangkat kisah Hari Suwandi dalam iklan justru akan menjadi blunder politik dan bumerang. Sebab, dari segi komunikasi politik, Ical seharusnya tidak perlu melakukan pencitraan dengan mengangkat kisah Suwandi.

"Satu pencitraan yang tidak terhubung dengan fakta politik justru akan melahirkan bumerang. Karena political image terbangun dari kondisi yang tidak sebenarnya, maka publik akan mudah mengkonfirmasi dengan kenyataan," kata Gun Gun kepada merdeka.com, Kamis (9/8).

Seharusnya Ical sadar dan memahami, publik masih merasa capres dari Partai Golkar itu punya pekerjaan rumah untuk menyelesaikan kasus Lapindo. Jika persoalan Lapindo belum diselesaikan, yang ada hanya peneguhan kebencian pada sosok Ical.

"Dicampur pencitraan dengan mengangkat korban lumpur Lapindo akan memunculkan efek bumerang. Iklan itu juga bisa melahirkan sifat skeptisme," ujar Gun Gun.

Gun Gun memperkirakan, iklan permintaan maaf Suwandi diperuntukkan untuk kalangan menengah ke bawah. Kalangan itu dinilai masih mudah dipengaruhi dengan pencitraan.

"Tapi ingat, semua masyarakat saya kira sudah kritis terhadap isu-isu seperti ini. Ical sebaiknya tak perlu membuat iklan seperti itu," kata Gun Gun.

Dalam iklan tersebut, ditayangkan bagaimana Suwandi memulai aksi jalan kakinya dari Porong, Sidoarjo. Aksi-aksi Suwandi di beberapa kota juga ditampilkan, lengkap dengan kritik kerasnya kepada keluarga Bakrie.

Namun di tengah-tengah iklan, juga ditayangkan kembali pernyataan permintaan maaf Suwandi yang dilakukan dalam sebuah acara wawancara di televisi milik Bakrie tersebut.

"Ketika emosi mengalahkan logika," demikian salah satu narasi dalam iklan tersebut.

Di akhir iklan, juga ditampilkan sosok Ical yang dikemas dalam citra penuh wibawa dan sahaja. Ditayangkan pula tanggapan Ical atas permintaan maaf Suwandi kepada dirinya.

"Inilah hikmah Ramadan," kata Ical.