Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Cerita 12 Kursi Menteri untuk Demokrat

Cerita 12 Kursi Menteri untuk Demokrat Kampanye Demokrat di Sidoarjo. ©Rumgapres/Abror Rizki

Merdeka.com - "Demokrat pernah ditawari 12 kursi menteri, tapi menolak," kata seorang politikus di lingkaran Prabowo-Sandiaga.

Jatah kursi menteri koalisi Adil dan Makmur sempat menjadi perbincangan hangat di tengah kontestasi Pilpres 2019. Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo yang memicu perdebatan di internal koalisi Prabowo-Sandiaga itu.

Hashim yang juga adik kandung Prabowo itu sempat keceplosan, mengungkap sudah ada jatah kursi menteri untuk masing-masing partai pendukung, kecuali Demokrat dan Berkarya yang masih dalam pembahasan.

"Kita kan sudah sepakat dengan PAN ada tujuh menteri untuk PAN, enam untuk PKS, partai lain masih diskusi. Itu sudah jelas. Demokrat belum definitif," ungkap Hashim di Hotel Midplaza, Jakarta, 1 April lalu.

Ungkapan Hashim ini kemudian menjadi polemik. Koalisi Prabowo-Sandiaga disebut sebagai politik dagang sapi, karena belum menang sudah membahas bagi-bagi kekuasaan, meskipun di dalam politik, hal tersebut lumrah terjadi.

Baik PAN, PKS dan Demokrat pun protes ungkapan Hashim ini. Setelah polemik, Hashim pun mengklarifikasi pernyataannya dipelitir oleh media massa.

Menengok ke belakanga, jatah kursi menteri sebetulnya sudah dibahas sejak awal dalam koalisi Indonesia Adil dan Makmur. Hal itu terjadi ketika Gerindra, PAN dan PKS meramu pasangan Prabowo Subianto sebagai Cawapres sebelum pada akhirnya jatuh pada Sandiaga Uno pada 9 Agustus 2018 tengah malam lalu.

Seorang yang hadir di Kertanegara malam itu mengisahkan, koalisi Gerindra, PAN dan PKS sudah solid mendukung Prabowo-Sandiaga. Hanya tinggal menunggu Demokrat yang masih belum setuju dengan sosok Sandiaga Uno.

"Wajar, karena kepentingan 2024, Demokrat tetap ingin AHY (Cawapres)," bisik politikus ini, pekan lalu.

Prabowo sempat datang ke kediaman Ketum Demokrat SBY di Mega Kuningan, Jakarta. Kehadirannya untuk melunakkan hati SBY dan Demokrat mendukung Sandiaga Uno. Tapi tetap ditolak. Termasuk tawaran menteri untuk partai besutan SBY itu.

Di tengah lobi itu, kemudian muncul istilah jenderal kardus sebagai ungkapan kekecewaan mantan Wasekjen Demokrat Andi Arief kepada Prabowo. Andi juga menuding Sandiaga memberikan uang senilai Rp 500 miliar kepada masing-masing partai demi jalan mulus kursi cawapres. Tapi hal itu dibantah tegas oleh PAN dan PKS kala itu.

"Ditawari enam, sembilan, 12, tetap menolak," jelas sumber ini.

Prabowo pun akhirnya pulang dari kediaman SBY, melaporkan apa yang dibahas di Mega Kuningan. Kemudian para petinggi koalisi kembali menggelar rapat. Keputusannya, Gerindra, PAN dan PKS tetap deklarasi Prabowo-Sandiaga, dengan atau tanpa Demokrat malam itu juga. Hingga pada akhirnya, tanggal 10 Agustus, Demokrat resmi mendukung Prabowo-Sandiaga setelah SBY pimpin rapat majelis tinggi di rumahnya.

Jumlah kursi menteri untuk PAN dan PKS memang sudah menjadi komitmen sejak awal koalisi sebelum Demokrat ambil bagian. Sementara Demokrat setelah masuk belakangan, belum mau membahas pembagian kekuasaan tersebut hingga kini.

Terdapat 34 kursi menteri yang bisa dibagi, ditambah 8 jabatan setingkat menteri bagi pemenang Pilpres 2019. Namun, jumlah itu bisa saja berkurang atau bertambah sesuai nomenklatur yang diinginkan presiden terpilih nantinya.

Sementara itu, Cawapres Sandiaga Uno menegaskan, belum ada pembicaraan mengenai pembagian jatah menteri untuk kabinetnya jika ia terpilih pada Pilpres 2019. Hal ini menanggapi pernyataan Hashim.

Menurut Sandiaga, saat ini mereka sedang fokus menuju hari pencoblosan pada 17 April 2019. "Sudah kami klarifikasi bahwa tidak ada pembicaraan seperti itu, kita fokus untuk 17 April," kata Sandiaga saat ditemui di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (3/4).

Komandan Kogasma Demokrat, AHY mengakui memang jatah kursi menteri untuk partainya belum definitif. Sebab, pembagian jatah tersebut dinilai belum waktunya di tengah perjuangan memenangkan kontestasi Pilpres 2019.

"Yang dimaksud beliau itu untuk Demokrat memang masih dipertimbangkan untuk jumlah kursi kabinet ditawarkan oleh kader-kader Partai Demokrat. Sampai dengan hari ini Partai Demokrat belum merasa itu jadi urgensi," kata AHY di Semarang, Jawa Tengah, Senin (1/4).

Dia menilai, pembicaraan bagi-bagi jabatan terlalu dini jika dibicarakan saat ini. Sebab menurut anak sulung Ketua Umum Partai Demokrat, SBY tersebut akan melukai perasaan rakyat.

"Di mana rakyat berharap sekali ada sebuah semangat perubahan yang terlepas hanya merupakan bagi-bagi kekuasan yang dilakukan parpol-parpol dalam pemilu ini," ungkap AHY.

Tak Mau Beli Kucing dalam Karung

Nama calon menteri kabinet Prabowo-Sandiaga sebetulnya sudah dibocorkan oleh Prabowo saat Saat kampanye terbuka di Lapangan Sidolig, Kota Bandung, 28 Maret lalu. Mantan Danjen Kopassus tersebut, tak ingin beli kucing dalam karung.

Dia ingin terbuka terhadap rakyat soal nama-nama calon menteri di kabinetnya kelak jika menerima mandat pada 17 April nanti. Meskipun tak secara gamblang, Prabowo mengungkap nama-nama calon menterinya. Prabowo berkomitmen akan menciptakan pemerintahan bersih dan di kelilingi oleh orang-orang pintar.

Sederet nama diungkap Prabowo, seperti mantan Gubernur Jabar yang juga kader PKS Ahmad Heryawan. Ketum PAN Zulkifli Hasan mantan Menteri Kehutanan era SBY, Sekjen PAN Eddy Soeparno sebagai seorang yang disebutnya ahli keuangan. Kemudian dari Demokrat, ada Sekjen Hinca Panjaitan dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Dia memuji sosok AHY yang cerdas. Selain memiliki wajah yang tampan, AHY juga memiliki pendidikan yang tak diragukan lagi.

"Kalau gue jadi presiden, mana yang pantes (masuk) di kabinet? Ngapain saya sembunyi sembunyi? Jangan beli kucing dalam karung. AHY pantes jadi menteri? Kenapa? Jangan karena ganteng saja yah. Lu tahu berapa orang Indonesia yang lulusan dari Harvard? Dua orang, tiga orang. Dia (AHY) bisa hidup enak kalau dia mau, tinggal di luar negeri. Tapi dia lebih memilih mengabdi kepada rakyat, mengorbankan karirnya di TNI," ucapnya disambut riuh pendukung saat itu.

Tak cuma Prabowo, Sandiaga juga sudah menyasar beberapa nama yang akan dipinangnya menjadi menteri saat menang 17 April nanti. Tidak terkecuali menteri pesaingnya Jokowi yang saat ini masih menjabat.

Sandiaga pun menyebut tokoh-tokoh yang dianggap punya prestasi tak menutup kemungkinan akan dirangkul bergabung.

"Termasuk mantan menteri Pak Jokowi, siapapun itu. Selama mereka memiliki prestasi, tata kelola yang baik, budi pekerti dan akhlakul karimah, kami akan rangkul demi kemajuan Indonesia," ujar Sandiaga.

Sandiaga mengungkapkan sejumlah tokoh yang dianggap punya komitmen baik seperti Sri Mulyani dan Chatib Basri dimungkinkan mendapatkan kesempatan untuk menjadi menteri di pemerintahan Prabowo-Sandiaga.

"Tokoh-tokoh yang luar biasa memiliki komitmen baik Bu Sri, Chatib Basri, maupun menteri keuangan lainnya, yang profesional dan tidak terlihat afiliasi politiknya ke mana, kita beri kesempatan, urai Sandiaga.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sinyal Pertemuan Prabowo - Megawati Semakin Kuat, Waketum Gerindra Ungkap Pesan Ini
Sinyal Pertemuan Prabowo - Megawati Semakin Kuat, Waketum Gerindra Ungkap Pesan Ini

Sinyal pertemuan itu juga semakin diperkuat, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Habiburokhman yang menyebut pertemuan itu akan terjadi tidak lama lagi.

Baca Selengkapnya
Prabowo Tidak Akan Menyerang di Debat Terakhir, TKN: Ini Panggung Mulia, Bukan Tukang Nyinyir
Prabowo Tidak Akan Menyerang di Debat Terakhir, TKN: Ini Panggung Mulia, Bukan Tukang Nyinyir

Debat Pilpres terakhir akan dilaksanakan pada 4 Februari 2024

Baca Selengkapnya
Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres
Guru Besar-Dosen ITB Minta Pemerintah Netral dan Beri Perlakuan Sama Bagi Setiap Kontestan Pilpres

Guru Besar-Dosen ITB Mendukung pilpres yang jujur, adil, dan damai, serta menjunjung hak asasi setiap pemilih.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Gerindra: Prabowo yang akan Bisa Menjembatani Hubungan Jokowi dengan PDIP
Gerindra: Prabowo yang akan Bisa Menjembatani Hubungan Jokowi dengan PDIP

Gerindra: Prabowo yang Akan Bisa Menjembatani Hubungan Jokowi dengan PDIP

Baca Selengkapnya
Didukung Koalisi Besar, Gerindra Optimistis Suara Prabowo di Sumsel Lampaui 68 Persen
Didukung Koalisi Besar, Gerindra Optimistis Suara Prabowo di Sumsel Lampaui 68 Persen

Bergabungnya Partai Golkar dan PAN dalam koalisi pendukung Prabowo sebagai Calon Presiden 2024 membawa angin segara kepada pengurus Partai Gerindra di daerah.

Baca Selengkapnya
Hashim Gerindra Bocorkan Dua Partai Parlemen Dukung Prabowo: Golkar dan PAN
Hashim Gerindra Bocorkan Dua Partai Parlemen Dukung Prabowo: Golkar dan PAN

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo membocorkan dua partai parlemen dan nonparlemen yang mengisyaratkan mendukung Prabowo Subianto.

Baca Selengkapnya
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Prabowo di Debat Pilpres Ketiga: Saya kok Banyak Sependapat dengan Pak Ganjar
Prabowo di Debat Pilpres Ketiga: Saya kok Banyak Sependapat dengan Pak Ganjar

Prabowo mengaku sependapat dengan Ganjar terkait solusi tumpang tindihnya kewenangan mengatasi persoalan keamanan.

Baca Selengkapnya
Gerindra Tak Yakin PDIP Oposisi di Pemerintahan Mendatang, Bambang Pacul: Suka-Suka Dialah
Gerindra Tak Yakin PDIP Oposisi di Pemerintahan Mendatang, Bambang Pacul: Suka-Suka Dialah

Partai Gerindra tidak yakin jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menjadi oposisi pada pemerintah selanjutnya.

Baca Selengkapnya