Siasat Nelayan Saat Tak Bisa Melaut Karena Gelombang Tinggi Tapi Dapur Harus Ngebul
Merdeka.com - Di deretan perahu jukung yang terpakir rapi di tepi pantai, seorang nelayan bernama Suhaidi sedang bekerja merenovasi Moa. Moa adalah perahu kesayangan yang sehari-hari menemaninya melaut.
"Saya beli perahu ini Rp 30 juta, hasil ngumpulin duit dan juga ngutang, nyicil tiap hari tapi sudah lunas," ucapnya, Sabtu (29/12).
Suhaidi, salah satu dari ratusan nelayan di Pantai Kelan, Kecamatan Kuta, Badung, Bali. Ia menjadi nelayan sudah sejak tahun 1992, dan saat ini dirinya sudah tidak melaut sejak satu bulan yang lalu karena gelombang tinggi dan angin sangat kencang.
"Saya sudah sebulan tidak melaut. Sekarang sudah musim angin barat. Ketimbang nganggur iya saya ngecet sambil merenovasi perahu saya," imbunya pria asal Bayuwangi, Jawa Timur ini.
Menurut Suhadi, kalau sudah musim angin barat seperti ini tidak ada yang berani melaut karena risikonya bisa tenggelam karena terkena gelombang.
"Kalau keadaan seperti ini, rata-rata kawan-kawan bekerja serabutan, ada yang jadi buruh proyek dan ada yang kerja lainnya. Kalau saya, masih ngangur dulu, tapi kalau angin agak redah iya saya berani melaut. Kadang dalam seminggu bisa dua kali saya melaut,tapi iya agak was-was juga," ujarnya.
Suhaidi juga bercerita, selama sebulan tidak melaut tentunya tidak ada pengasilan yang masuk. Dalam sehari jika melaut Suhaidi bisa minimal bisa mendapatkan Rp 300 ribu atau lebih.
"Iya kalau tidak melaut, ngandalin tabungan saja. Buat makan anak dan istri," ujar pri tiga anak ini.
Suhaidi juga bertutur, sebagai nelayan nelayan menghadapi angin barat sudah hal biasa. Maka itu, mereka mengakali dengan menabung lebih dulu karena yakin sulit untuk melaut.
"Dalam kehidupan nelayan hal ini sudah biasa. Istri saya juga mengerti kalau tidak ada pemasukan. Iya kalau nggak ada uang, iya pinjam sana-sini," ujarnya sambil tersenyum.
hal senada juga disampaikan Samsudin (58) yang juga nelayan. Dirinya mengaku sudah satu bulan tidak melaut karena gelombang di tengah laut bisa mencapai 3 meter.
"Kalau saya tidak melaut, ikut teman kerja jadi teknisi perbaikan AC. Iya ada pemasukan buat makan sama anak-istri," ujarnya.
"Kalau istri nggak akan marah, karena sudah hafal dan paham kalau tidak bisa melaut. Kalau istri marah-marah karena nggak ada pemasukan, iya cari lagi istri," ujarnya tertawa bercanda.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Empat pendaki yang sempat dikabarkan tersesat di Gunung Sanghyang, Kabupaten Tabanan, Bali, akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat.
Baca SelengkapnyaGanjar mengapresiasi keberanian nelaysn menungkap praktik pungli.
Baca SelengkapnyaOleh sebab itu, masyarakat diminta waspada terhadap dampak cuaca saat ini.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Saking kentalnya nuansa Hindu di sini, lokasi pura kerap disebut sebagai Bali-nya Cirebon.
Baca SelengkapnyaNamun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk.
Baca SelengkapnyaLebaran menjadi momen hadirnya hidangan-hidangan khas daerah yang mungkin jarang ditemukan serta menambah suasana Idul Fitri semakin terasa.
Baca SelengkapnyaMunculnya busa di Aliran Sungai Ciliwung, Kelurahan Kedung Halang, kali pertama dilihat oleh warga pada hari Sabtu (23/3).
Baca SelengkapnyaSempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.
Baca SelengkapnyaAkses jalan penghubung itu ditutup sementara sejak Kamis (25/1) kemarin untuk mengantisipasi hal tak diinginkan.
Baca Selengkapnya