Setahun Berlalu, Korban Tsunami Selat Sunda Masih Tinggal di Huntara
Merdeka.com - Tsunami Selat Sunda melanda sejumlah daerah pesisir di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang pada 22 Desember 2018 lalu. Peristiwa yang menyebabkan ratusan orang tewas tersebut masih meninggalkan berbagai masalah di masyarakat.
Hingga saat ini di Kecamatan Sumur masih ada puluhan keluarga yang tinggal di hunian sementara (huntara), akibat rumah miliknya rusak rata dengan tanah di hantam tsunami. Puluhan keluarga masih bertahan tinggal di bangunan sederhana dengan luas 4,5 meter x 4,5 meter dengan beratap seng.
Puluhan keluarga tersebut terpaksa tinggal dengan kondisi seadanya. Karena rumah milik mereka rusak dihantam gelombang tsunami yang datang secara tiba-tiba.
Jamal (35) warga Kecamatan Sumur salah satu korban tsunami Selat Sunda masih tinggal di hunian sementara. Dia mengaku pasrah dan menerima untuk tinggal di huntara bersama keluarganya.
"Saya tinggal di huntara pasca tsunami, karena rumah saya rata dengan tanah. Kalau malam dingin, kalau siang panas, karena atapnya dari seng. Mau membangun rumah lagi enggak punya uang. Kalau yang lain ada beberapa masih sudah bisa bangun kembali rumah, karena punya uang. Sekarang sisa 96 keluarga, huntara ada 220," ujarnya.
Hingga kini Jamal menganggur karena kehilangan mata pencariannya. Sebelumnya dia membuka warung sembako, namun setelah peristiwa tersebut pendaringannya hilang.
"Sekarang tidak ada pekerjaan dan usaha. Karena harta benda kena tsunami. Adanya bantuan untuk nelayan, bantuan untuk usaha tidak ada. Sebenarnya banyak juga yang seperti saya, usahanya hilang karena bencana dan sekarang menganggur. Jangan kan mau bangun rumah, mau memulai usaha saja sulit, karena tidak ada modal," jelasnya.
Dia mengungkapkan, rumah hunian tetap yang dijanjikan pemerintah tak kunjung ada. Dia sebenarnya menyetujui walau dibangun rumah hunian tetap di zona aman. Namun hingga kini pembangunan rumah tetap tersebut hanya rencana saja.
"Kami sangat berharap pemerintah segera membangun huntap. Kan ada surat relokasi tapi tanah warga masih milik warga (di lokasi sebelumnya). Kata bu lurah, cuman enggak boleh tinggal untuk usaha boleh," ujarnya.
Jamal dan warga lainnya hanya bisa berharap bantuan dari pemerintah, untuk membuka lembaran baru pasca terjadinya tsunami.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tsunami itu dikenal dengan nama Storegga. Begini kisahnya.
Baca SelengkapnyaPVMBG meminta penduduk sekitar Pulau Ruang untuk mewaspadai potensi tsunami yang bisa timbul akibat erupsi Gunung Ruang di Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara.
Baca SelengkapnyaGunung Ruang Naik Status jadi Awas, Kekuatan Erupsi Makin Besar
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Atta merasa sangat beruntung karena dikelilingi oleh orang-orang terdekatnya yang selalu mendampinginya dalam suka maupun duka.
Baca SelengkapnyaBupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menetapkan Status Tanggap Darurat selama 14 hari terhitung mulai 16-29 April 2024.
Baca SelengkapnyaPemerintah Jepang tengah memantau kerusakan akibat bencana ini dan meminta warga bersiap menghadapi kemungkinan gempa susulan.
Baca SelengkapnyaBaru-baru ini, puluhan bahkan ratusan lumba-lumba kompak menampakkan diri di perairan Pantai Pancer
Baca SelengkapnyaPeringatan 19 tahun bencana tsunami Aceh yang menewaskan 230.000 jiwa diwarnai isak tangis keluarga dan kerabat yang berdoa di pemakaman massal.
Baca SelengkapnyaMereka terdampar di pulau yang sangat terpencil di Samudra Pasifik.
Baca Selengkapnya