Riwayat Solihah, ibu yang menghidupi anaknya dan naik haji dari buku loak
Merdeka.com - Sejak tahun 1969, Siti Solihah Hasan berjualan buku bekas di area Pasar Pereng Sokanegara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Bisa dikatakan, ia satu-satunya pedagang toko buku loak di kota yang khas dengan mendoannya itu. Di sisi lain, Solihah seorang ibu yang membesarkan 6 anaknya lewat penjualan buku-buku loak.
Solihah menjual buku loak semenjak masih usia 16 tahun. Kini di usia yang ke 64 tahun, dia mengatakan, kios buku bekasnya seumpama pohon yang terus berbuah. Penghasilannya dari menjual buku loak telah mengantarkan 3 putra dan 3 putrinya menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi.
Lewat buku pula, dia menabung sampai akhirnya memenuhi harapannya berangkat haji pada 2015 silam.
"Kios buku ini sampai kapan pun akan tetap saya pertahankan. Pada anak-anak, saya mengatakan lewat jualan buku sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tapi asal, kita mampu hidup prihatin," katanya saat ditemui merdeka.com, Kamis (21/12).
Sebagaimana seorang ibu yang kasih pada anaknya tak pernah luntur, Solihah bertahan menjual buku karena lembar-lembar pengetahuan di dalamnya tak pernah busuk. Maksudnya, buku seusang apapun akan tetap dicari sebab pengetahuan di dalamnya tak akan pernah hilang manfaatnya.
Solihah memercayai, dari berbagai pengalaman, banyak pembeli-pembeli yang datang ke toko buku loaknya mencari majalah-majalah atau buku-buku lama. Tujuannya untuk penelitian bahkan ada juga yang sekadar mengenang kembali bacaan di masa silam.
Di usianya yang makin renta dan tak lagi sepenuhnya bugar, tak jarang anak-anaknya meminta Solihah untuk pensiun. Pada anak-anaknya, dia berujar, kios bukunya adalah sumber penghidupan keluarga yang berperan penting ikut membesarkan mereka.
Siti Solihah Hasan berjualan buku bekas di area Pasar Pereng Sokanegara ©2017 Merdeka.com/Abdul Aziz
Di sisi lain, dia sadar sejak beberapa tahun terakhir para pembeli semakin minim. Tapi pendapatan Rp 500 ribu sebulan, sudah sangat cukup baginya.
"Kios ini saya kontrak setahun Rp 2 juta. Sekarang memang lebih sepi pembeli, tapi saya harus mencari kesibukan dari pada diam di rumah. Setidaknya saat sepi, di kios ini saya bisa wiridan atau membaca Alquran," ujar Solihah.
Masa kejayaan toko buku loaknya, seingatnya di kisaran tahun 70-an sampai 80-an. Seiring banyaknya taman bacaan di Purwokerto, buku-buku bekas cerita silat seperti karya Kho Ping Ho atau Wiro Sableng karya Bastian Tito ramai dicari orang. Selain itu buku-buku paket pelajaran sekolah juga masih banyak dicari oleh para pelajar.
Hanya di buku toko buku loaklah, transaksi penawaran yang luwes dapat menjadi modal serta bekal utama calon pembaca untuk mendapat buku dengan harga yang murah.
"Saya sendiri yang setiap setahun sekali kulakan buku di pasar Senin, Jakarta. Biasanya sepuluh karung dan saya naik kereta api. Dulu ditemani almarhum suami saya. Sekarang saya selalu minta ditemani oleh anak saya," katanya.
Menghikmati riwayat Solihah dan toko buku loaknya, tak hanya terpapar kisah tentang di balik buku yang selalu menyimpan jendela pengetahuan. Buku-buku yang tergeletak di toko buku loak Solihah, seusang apapun, juga menyimpan jejak riwayat seorang ibu.
Kasih sayang yang tak kenal luntur seumpama buku yang tak akan pernah usang menjadi tunjuk ajar perilaku bagi setiap pembacanya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski hanya diurus sang ayah, bocah tersebut terlihat terawat.
Baca SelengkapnyaSetelah ibunya meninggal, Iky dan ketiga adik balitanya dan sang nenek mengontrak rumah. Ayahnya pergi meninggalkan mereka tanpa kabar.
Baca SelengkapnyaSejak lulus sekolah, ia memang tidak mau bekerja menjadi seorang karyawan. Ia kini berhasil menekuni profesi berdagang dengan hasil jutaan rupiah dalam sehari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Simak kisah seorang kolonel TNI yang berhasil jadi perwira meski sang ayah hanya berpangkat kopral.
Baca SelengkapnyaKesuksesan keduanya juga dibuktikan saat mendidik anak. Putra sulungnya berhasil menulis 40 buku saat usianya baru 11 tahun
Baca SelengkapnyaSosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan
Baca SelengkapnyaDiungkap sang istri, pria berparas tampan itu kerap mendapat hinaan.
Baca SelengkapnyaTemukan buku diari ibunya, wanita ini bagikan kisah ayahnya yang menginspirasi.
Baca SelengkapnyaIrham memulai perjalanan karirnya saat masih kuliah. Saat itu dia senang mempelajari ilmu yang berkaitan dengan pengembangan diri.
Baca Selengkapnya