Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pengamat Nilai Senyum Pemimpin Tak Selalu Merepresentasikan Demokratis atau Otoriter

Pengamat Nilai Senyum Pemimpin Tak Selalu Merepresentasikan Demokratis atau Otoriter Presiden Jokowi. ©2019 Merdeka.com

Merdeka.com - Pengamat politik Exposit Strategic, Arif Susanto, menilai wajah pemimpin yang ramah tidak mencerminkan bahwa pemimpin tersebut bukan otoriter. Dia pun teringat ucapan Presiden Jokowi yang pernah menyebut bahwa tampangnya tidak sangar.

"Saya ingat pernyataannya Presiden Jokowi yang merespons beberapa pandangan yang menyebut bahwa gejala otoritarianisme sudah muncul di Indonesia saat ini, waktu itu beliau tampang saya ini enggak ada sangar sangarnya kata dia," kata Arif dalam diskusi Formappi: UU Cipta Kerja dan Tumbuhnya Pohon Otoritarianisme, Jumat (6/11).

"Memang ada pandangan yang keliru di kepala banyak orang yang melihat bahwa otoritarianisme itu representasinya lewat wajah sangar para diktator," sambungnya.

Dia kemudian, mencontohkan bekas Pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin dan mantan Presiden Chili Augusto Pinochet yang merupakan diktator tapi berwajah ramah. Lalu, ada Presiden ke-2 RI, Soeharto.

"Dulu misalnya ada Stalin, ada Pinochet, tapi kita juga ingat kita pernah punya Soeharto yang dikenal the smiling general, jenderal yang suka tersenyum, jadi senyumnya para pemimpin itu tidak selalu merepresentasikan bentuk kepemimpinannya apakah demokratis atau otoriter," tuturnya.

Selain itu, dia menuturkan, ancaman terhadap demokrasi bisa muncul dari pemimpin yang bahkan dipilih lewat pemilu. Dia mencontohkan Amerika Serikat dalam empat tahun terakhir dipimpin Donald Trump dengan dipilih lewat sebuah pemilu yang relatif demokratis.

Tetapi, menurut Arif, Trump justru menjadi salah satu musuh besar demokrasi yang dengan kekuasaannya memojokkan media. Kemudian, mengurangi akses terhadap kontrol atas pemerintahan dan seterusnya.

"Jadi kalau presiden Jokowi mengatakan saya gak ada tampang sangarnya itu bukan berarti pasti di Indonesia tidak ada otoritarianisme," tandasnya.

Arif melihat gejala otoritarianisme dilakukan bukan tanpa alasan. Menurutnya, setiap pemimpin yang baru dilantik harus berpikir bagaimana mempertahankan kekuasaan agar program-programnya lancar.

Sebab, menurutnya, meski punya program sangat bagus sekalipun, tidak akan mungkin program itu diwujudkan jika bertahan di kekuasaan saja tidak mampu.

"Jadi misalnya kita lihat Jokowi begitu dia menang pemilu di tahun 2014 kemudian dilantik sebagai presiden, maka pertanyaan pertama paling itu justru bagaimana caranya mempertahankan kekuasaan," ucapnya.

"Jadi pertama tama itu bukan bagaimana mewujudkan sebuah program yang sudah dijanjikan lewat kampanye, tapi bagaimana mempertahankan kekuasaan," imbuhnya.

Kemudian, di sisi lain ada faktor dorongan eksternal. Jika dilacak, Pemilu 2014 adalah pertarungan politik yang keras dan itu tidak selesai gara-gara Jokowi memenangi pemilu. Demikian pula di pemilu 2019 yang jauh lebih keras dibandingkan 2014.

Sehingga, menurut dia, hal tersebut memberi ancaman tertentu kepada kekuasaan Jokowi. Sehingga, upaya untuk mempertahankan kekuasaan punya alasan.

"Tidak semata mata Jokowi haus kekuasaan tapi karena tekanan eksternal, yang kalau tidak dihadapi bukan tidak mungkin Jokowi selesai di tengah jalan seperti halnya dulu Habibie tidak mampu mempertahankan kekuasaannya, demikian pula Gus Dur antara 1999 hingga 2001 gagal mempertahankan kekuasaan," pungkasnya.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
NasDem: Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi Puluhan Kali, Tidak Terkait Sikap Politik
NasDem: Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi Puluhan Kali, Tidak Terkait Sikap Politik

Surya Paloh dan Jokowi diketahui menggelar pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (18/2).

Baca Selengkapnya
Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta
Jamuan Minggu Malam: NasDem Bilang Jokowi yang Undang, Istana Sebut Surya Paloh yang Minta

Belum diketahui apa pembicaraan antara Surya dengan Jokowi dalam pertemuan itu.

Baca Selengkapnya
Paspampres Tertinggi & Gagah Bertemu Perwira yang Dibanting Kapolri, Ngajak Ngopi Bareng
Paspampres Tertinggi & Gagah Bertemu Perwira yang Dibanting Kapolri, Ngajak Ngopi Bareng

Momen pertemuan Lettu Windra Sanur dengan Kombes Yudhi Sulistianto Wahid.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Wacana Pemakzulan Jokowi, Kapten Timnas AMIN: Ini Negara Demokrasi, Biar Rakyat Menilai
Wacana Pemakzulan Jokowi, Kapten Timnas AMIN: Ini Negara Demokrasi, Biar Rakyat Menilai

Wacana pemakzulan terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) muncul menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Baca Selengkapnya
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata
Demokrat Hampir 10 Tahun jadi Oposisi, Kritik AHY: Pembangunan di Indonesia Belum Merata

AHY menegaskan ingin fokus memenangkan Partai Demokrat dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka di Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya
Guntur Soekarno Minta Fokus Pemilu Tak Usah Bahas Pemakzulan Jokowi
Guntur Soekarno Minta Fokus Pemilu Tak Usah Bahas Pemakzulan Jokowi

Kalimat Guntur Soekarno itu justru meluruskan agar relawan tidak perlu jauh-jauh membahas soal pemakzulan Jokowi.

Baca Selengkapnya
Beda Sikap dengan Jokowi soal Presiden Boleh Kampanye dan Memihak, Ma'ruf Amin Tegaskan Netral di Pemilu
Beda Sikap dengan Jokowi soal Presiden Boleh Kampanye dan Memihak, Ma'ruf Amin Tegaskan Netral di Pemilu

Ma'ruf Amin merahasiakan pilihannya dan bakal menyoblos pada 14 Februari mendatang.

Baca Selengkapnya
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu
Beda Nasib dengan Komeng, Berikut Perolehan Sementara Suara Opie Kumis hingga Dede Sunandar di Pemilu

Para pelawak itu bersaing memperebutkan suara dari daerah pemilihan masing-masing dengan kolega satu partai maupun partai politik lain.

Baca Selengkapnya
Ganjar Kritik Jokowi Sering Beda Sikap dan Perkataan: Rakyat Sulit Percaya
Ganjar Kritik Jokowi Sering Beda Sikap dan Perkataan: Rakyat Sulit Percaya

Calon Pesiden (Capres) nomor urut 03, Ganjar Pranowo mengkritik Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang kerap berubah pernyataan dan sikapnya.

Baca Selengkapnya